Senin, 04 April 2016

Kurt Cobain

Kurt Cobain

Ketenaran Akhirnya Membawa Maut 

 

 Dipuja banyak orang, harta yang melimpah, menjadi sorotan media, adalah sederetan hal yang biasa dinikmati oleh seorang rock star, apalagi jika namanya sudah mendunia. Namun gaya hidup semacam itu malah membuat Kurt Cobain muak dan benci dengan apa yang sudah dicapainya. Buat sebagian orang, Kurt mungkin bukanlah seorang musisi yang patut dajadikan contoh. Berandalan, arogan, dan pengkonsumsi narkoba, merupakan gambaran seperti inilah yang melekat dalam kehidupan pentolan grup band ‘grunge’ legendaris Nirvana itu. 

Dibalik semua cerita yang beredar tentang ketenaran dirinya, Kurt Cobain mengalami banyak kejadian pahit yang terjadi sebelum kekayaan dan popularitas itu dia dapatkan. Hal ini mungkin bisa kita rasakan, bila mengamati secara seksama dari karya – karyanya yang kental unsur kelam, pemberontakan, bahkan depresi. Yang jelas, pengalamannya dalam melalui hal tidak menyenangkan itu, diam-diam membuatnya memiliki dua hal yang dianggap seorang Kurt Cobain sangat penting. Pertama, tidak akan pernah menjadi orang tua seperti kedua orang tuanya, dan kedua, kelak jika memliliki anak, dia akan memberikan anak itu kehidupan yang lebih baik dari apa yang pernah dia miliki.

 Lahir di rumah sakit umum Grays Harbor, Hoquaim, sebuah kota kecil di Washington, 20 Februari 1967, Kurt Donald Cobain, tumbuh dengan ketertarikan yang kuat terhadap seni dan musik. Sejak taman kanak-kanak bakat menggambar Kurt sudah sangat menonjol, dia juga sangat menikmati bermain piano dan drum pemberian orang tuanya. Bisa dibilang, pada awalnya Kurt adalah anak yang periang dan aktif, dia bahkan ikut liga baseball saat sekolah dasar.

Namun, semua itu berubah, saat kedua orang tuanya bercerai pada 1976, dan Kurt berumur sembilan tahun. Sejak kejadian itu, Kurt yang merasa sudah tidak merasakan cinta didalam hidupnya, mulai menarik diri dari lingkungan sosial dan menjadi pendiam. Setelah perceraian, Kurt tinggal bersama ayahnya, yang kemudian menikah lagi dengan seorang wanita bernama Jenny.

Satu – satunya hal yang membuat Kurt senang dalam hidupnya saat itu adalah, sebuah gitar usang yang diberikan oleh pamannya, Chuck. Dengan gitar itu, Kurt menghabiskan waktunya belajar bermain gitar, sebagai pelarian dari masalah sehari – hari yang dihadapinya. Namun, depresi karena merasa terasingkan oleh ayahnya yang lebih mementingkan ibu tiri dan adik-adik tirinya, sejak tahun 1979, Kurt yang saat itu berumur 11 tahun, mulai terjerumus kedalam dunia obat-obatan.

Pada tahun 1982, kehidupan Kurt Cobain mulai berubah drastis. Semenjak dia menyukai lagu-lagu punk rock, Kurt Cobain yang saat itu berumur 14 tahun, kembali tinggal dengan ibunya, di Aberdeen, semakin sering mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan. Dia juga sering melakukan vandalisme, seperti mencorat-coret truk orang lain dengan kata-kata ’’God Is Gay”. Mungkin sudah tidak asing, jika Kurt Cobain selalu menunjukkan respeknya terhadap kaum homoseksual, Kurt sendiri bahkan mendapatkan julukkan “Homo” saat di bangku SMA.

Dalam sebuah wawancara, Kurt mengaku, dirinya sengaja melakukan hal-hal yang membuatnya dicap sebagai homoseksual, untuk menjauhkan diri dari orang-orang lingkungannya. Dari sini Kurt mulai berteman dengan beberapa homoseksual, dan juga orang-orang kulit hitam yang notabenenya hidup dalam ‘penolakan’ sosial, persis seperti yang dia rasakan. Hal – hal semacam itulah yang membuatnya secara terang-terangan menentang homofobhia, rasisme, dan kekerasan terhadap perempuan.

Setahun kemudian, Kurt Cobain yang sering bertengkar dengan sang ibu yang juga pecandu alkohol, akhirnya pergi meninggalkan ibunya. Dia tidak memiliki tempat tinggal tetap selama hampir dua tahun, dan hidup dengan cara menumpang di rumah teman- temannya, bahkan Kurt sering tidur di bangunan tua atau ruang tunggu rumah sakit, bila tidak ada tempat baginya untuk menginap.

Meskipun hidup sebagai gelandangan, Kurt sering berkunjung ke tempat pamannya, Chuck. Disana dia belajar bermain gitar bersama dengan Warren Mason, gitaris di band pamannya. Musik kembali secara signifikan merasuk kedalam kehidupan Kurt Cobain, saat dia mengenal sebuah band punk lokal yang berasal dari Montesano, The Melvins. Kurt sangat menyukai musik-musik The Melvins, menjadi fans dan berteman baik dengan sang vokalis, Buzz Osbourne, yang akhirnya juga memperkenalkan Kurt dengan band-band punk lainnya, seperti Sex Pistols.

Kurt bahkan sering ikut saat band tersebut latihan, manggung, ataupun hanya sekedar nongkrong. Disinlah Kurt Cobain bertemu dengan Krist Novoselic, karena merasa banyak kecocokan dalam hal bermusik, mereka memutuskan untuk membentuk sebuah band. Tidak lama setelah seorang pemain drum bernama Aaron Burckhard bergabung, Kurt Cobain memulai band pertamanya, Fecal Matter.

Mereka merekam beberapa lagu, namun tidak pernah pentas diatas panggung. Setelah beberapa kali berganti nama, pada tahun 1987, Kurt Cobain, Krist Novoselic, dan Aaron Burckhard, melakukan gigs pertama mereka. Nama Nirvana sendiri baru digunakan sekitar tahun 1988. Kurt terinspirasi nama tersebut, saat sedang menonton  sebuah acara tengah malam agama Budha membicarakan tentang Nirwana, yang berarti pencapaian kesempurnaan.

Setelah beberapa kali bermain di panggung – panggung lokal, musik Nirvana pun mulai dikenal. Pada pertengahan tahun 1988, Chad Channing, masuk menggatikan Burckhard, dan Nirvana akhirnya merilis single yang berjudul ’Love Buzz’ dibawah naungan label indie Sub Pop Records. Pada awalnya single itu hanya diedarkan dikalangan terbatas, karena tidak mudah untuk membuat orang secara luas, menerima musik yang Nirvana mainkan.

Kurt kemudian mengirimkan salah satu kopinya kepada sebuah stasiun radio yang cukup terkenal di Seattle KCMU, berharap mereka mau memainkan Love Buzz disana. Setelah mendengarkan radio selama berjam-jam, Kurt gelisah karena lagunya tidak kunjung diputar. Hingga akhrinya Kurt Cobain harus menelpon stasiun radio tersebut dari sebuah telepon umum, dan me request lagunya sendiri untuk dimainkan, barulah kemudian lagu itu mengudara. Sebuah tindakan yang bisa dibilang ironi, namun sangat berarti karena setelah itu, Nirvana mulai mendapatkan jangkauan pendengar yang lebih luas.

Semakin populer di Seattle, Nirvana kemudian merilis debut albumnya, “Bleach” pada 1989.  Meskipun album pertama gagal memenuhi ekspektasi pasar, namun tidak semata-mata membuat mereka menyerah begitu saja. Nirvana tetap melanjutkan aksi mereka dari panggung ke panggung, mereka bahkan sempat ikut tur dengan Sonic Youth. Bleach, juga membuat nama Kurt Cobain menjadi populer, talentanya sebagai penulis lagu diakui banyak produser musik lokal saat itu.

Kemudian, pada tahun 1990, Dave Grohl masuk sebagai pemain drum baru Nirvana, dan ditahun ini juga Kurt Cobain mulai menjalin hubungan dengan seorang penyanyi rock eksentrik bernama Courtney Love. Kesuksesan Nirvana mulai secara drastis meningkat, saat mengeluarkan album kedua ‘Nevermind’, pada 24 September 1991, yang dimana pada album ini, Kurt Cobain cs sudah pindah dari label lokal Sub Pop, ke major label Geffen Records.

‘Smels Like Teen Spirit’ menjadi salah satu lagu yang mengantarkan nama Nirvana mendunia, dan juga menobatkan Kurt Cobain sebagai salah satu penulis lagu yang diakui oleh banyak kalangan. Nevermind juga memenangkan banyak penghargaan, sehingga radio-radio di berbagai belahan dunia, memutarkan lagu itu secara terus menerus, dan musik Nirvana sangat digemari banyak kalangan di banyak negara.

Di Indonesia sendiri, bisa dibilang popularitas Nirvana dapat menyaingi, band lain yang saat itu sedang terkenal-terkenalnya seperti Guns n’ Roses dan Sepultura. Ditengah popularitasnya, Kurt Cobain kemudian menikahi Courtney Love pada Februari 1992, dan delapan bulan kemudian putri mereka Frances Bean Cobain lahir kedunia.

Kesuksesan Nevermind, bisa dibilang mengubah kehidupan para personil Nirvana secara drastis, khususnya Kurt Cobain. Terjual sebanyak 10 juta kopi, senilai 550 juta Dollar Amerika, membuat trio itu menjadi milarder dalam waktu yang cukup singkat. Gaya hidup sebagai seorang rock star, membuat Kurt merasa tidak nyaman. Tekanan demi tekanan yang diterimanya, membuat dia menjadi semakin kecanduan heroin.

Sebenarnya, Kurt sendiri sudah mengkonsumsi Heroin sejak akhir tahun1989, saat dia mulai mengenal Courtney Love. Kedua pasangan ini memang sangat terkenal dengan kedekatan mereka terhadap heroin, bahkan Kurt dan Courtney terang-terangan mengaku kepada publik perihal pengkonsumsian narkoba. Kurt sendiri menjelaskan menggunakan heroin agar tetap fit dan fokus dalam menghadapi padatnya jadwal manggung, dan kecenderungan itu bertambah semenjak nama Nirvana semakin populer. Kemudian, pada awal 1993, Nirvana kembali merilis album barunya ‘In Utero’, yang juga mengikuti kesuksesan album sebelumnya.

Saat Nirvana meraih pencapaian yang luar biasa, Kurt malah merasakan hal yang sebaliknya. Kepopuleran membuat Kurt Cobain semakin depresi, karena hal tersebut merenggut kebebasan kehidupan pribadinya. Semakin kacau, Kurt semakin menarik dirinya, menjauh dari media, menjauh dari teman-temannya, bahkan dari personil band Nirvana lainnya.

Dibalik seluruh frustasi yang dia rasakan, Kurt tetap secara professional konser bersama Nirvana. Mereka tampil di acara MTV Unplugged pada November 1993, dan juga mengadakan konser tur keliling Eropa setelahnya. Disela-sela tur Eropa Nirvana pada bulan Maret 1994, kejadian tragis hampir merenggut nyawa Kurt Cobain saat sedang berada dalam sebuah ruangan hotel, di Roma, Italia. Overdosis karena peggunan heroin yang terlalu berlebihan, Kurt harus dilarikan ke rumah sakit, beruntungnya saat itu nyawanya masih bisa diselamatkan.

       
Media pun kemudian ramai memberitakan kejadian tersebut sebagai percobaan bunuh diri. Namun, Cobain bersikeras hal yang menimpanya adalah murni sebuah kecelakaan, dan dia tidak ingin melukai dirinya sendiri. Setelah pulang ke Amerika, Kurt Cobain semakin menjadi penyendiri, dan lebih banyak mengkonsumsi heroin. Pada tanggal 18 Maret 1994, Courtney Love kembali menghubungi polisi, dan melaporkan Kurt atas percobaan bunuh diri, karena mengunci dirinya didalam ruangan dimana dia menyimpan banyak senjata api.

Lagi-lagi, Kurt Cobain menyangkal bahwa dirinya akan bunuh diri, dan menyatakan bahwa dia tidak akan melakukan tindakan tersebut. Setelah kejadian itu, semua senjata api koleksi Kurt dan narkobanya disita polisi. Mengikuti saran banyak orang terdekatnya, diapun akhinya mengikuti program rehabilitasi narkoba di Marina Del Rey, California.

Setelah beberapa hari berada di rehabilitasi, pada 1 April 1994 Kurt Cobain keluar dari tempat tersebut, dan pulang kembali ke Seattle secara diam-diam tanpa memberitahukan teman ataupun keluarganya. Lalu dua hari setelahnya, Courtney Love kemudian melapor ke polisi, dan membuat laporan orang hilang dengan menggunakan nama ibunda Kurt Cobain. Dia bahkan menyewa seorang investigator swasta, bernama Tom Grant, untuk menemukan keberadaan suaminya. Namun,  tidak lama setelah dinyatakan hilang, Kurt Cobain ternyata ditemukan tewas di rumah danau milikinya, pada Jumat, 8 April 1994, oleh dua orang petugas perbaikan listrik.

Kurt Cobain dipercaya, melakukan bunuh diri dengan cara menembakkan shotgun kekepalanya sendiri. Dia meningglakan sebuah pesan pada sebuah kertas, ditulis dengan tinta merah, yang menjelaskan tentang pengunduran dirinya dari dunia musik, dan juga perpisahan kepada istri dan putrinya. Meskipun demikian, banyak sekali misteri yang menyelimuti kematian rock star legendaris tersebut,. Bahkan banyak yang meyakini Kurt Cobain tidaklah bunuh diri diri, melainkan dibunuh seseorang. Hidup sebagai idola, mati sebagai legenda,

posted by : rosi as
    

Tidak ada komentar: