Kurt Cobain
Ketenaran Akhirnya Membawa Maut
Dipuja banyak orang, harta yang melimpah, menjadi sorotan media, adalah sederetan hal yang biasa dinikmati oleh seorang rock star, apalagi jika namanya sudah mendunia. Namun gaya hidup semacam itu malah membuat Kurt Cobain muak dan benci dengan apa yang sudah dicapainya. Buat sebagian orang, Kurt mungkin bukanlah seorang musisi yang patut dajadikan contoh. Berandalan, arogan, dan pengkonsumsi narkoba, merupakan gambaran seperti inilah yang melekat dalam kehidupan pentolan grup band ‘grunge’ legendaris Nirvana itu.
Dibalik semua cerita yang beredar tentang ketenaran dirinya, Kurt Cobain mengalami banyak kejadian pahit yang terjadi sebelum kekayaan dan popularitas itu dia dapatkan. Hal ini mungkin bisa kita rasakan, bila mengamati secara seksama dari karya – karyanya yang kental unsur kelam, pemberontakan, bahkan depresi. Yang jelas, pengalamannya dalam melalui hal tidak menyenangkan itu, diam-diam membuatnya memiliki dua hal yang dianggap seorang Kurt Cobain sangat penting. Pertama, tidak akan pernah menjadi orang tua seperti kedua orang tuanya, dan kedua, kelak jika memliliki anak, dia akan memberikan anak itu kehidupan yang lebih baik dari apa yang pernah dia miliki.
Lahir di rumah sakit umum Grays Harbor, Hoquaim, sebuah kota kecil di Washington, 20 Februari 1967, Kurt Donald Cobain, tumbuh dengan ketertarikan yang kuat terhadap seni dan musik. Sejak taman kanak-kanak bakat menggambar Kurt sudah sangat menonjol, dia juga sangat menikmati bermain piano dan drum pemberian orang tuanya. Bisa dibilang, pada awalnya Kurt adalah anak yang periang dan aktif, dia bahkan ikut liga baseball saat sekolah dasar.
Namun, semua itu berubah, saat kedua orang tuanya bercerai pada 1976, dan Kurt berumur sembilan tahun. Sejak kejadian itu, Kurt yang merasa sudah tidak merasakan cinta didalam hidupnya, mulai menarik diri dari lingkungan sosial dan menjadi pendiam. Setelah perceraian, Kurt tinggal bersama ayahnya, yang kemudian menikah lagi dengan seorang wanita bernama Jenny.
Satu – satunya hal yang membuat Kurt senang dalam hidupnya saat itu adalah, sebuah gitar usang yang diberikan oleh pamannya, Chuck. Dengan gitar itu, Kurt menghabiskan waktunya belajar bermain gitar, sebagai pelarian dari masalah sehari – hari yang dihadapinya. Namun, depresi karena merasa terasingkan oleh ayahnya yang lebih mementingkan ibu tiri dan adik-adik tirinya, sejak tahun 1979, Kurt yang saat itu berumur 11 tahun, mulai terjerumus kedalam dunia obat-obatan.
Pada tahun 1982, kehidupan Kurt Cobain
mulai berubah drastis. Semenjak dia menyukai lagu-lagu punk rock, Kurt
Cobain yang saat itu berumur 14 tahun, kembali tinggal dengan ibunya, di
Aberdeen, semakin sering mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan. Dia juga
sering melakukan vandalisme, seperti mencorat-coret truk orang lain
dengan kata-kata ’’God Is Gay”. Mungkin sudah tidak asing, jika Kurt
Cobain selalu menunjukkan respeknya terhadap kaum homoseksual, Kurt
sendiri bahkan mendapatkan julukkan “Homo” saat di bangku SMA.
Dalam sebuah wawancara, Kurt mengaku,
dirinya sengaja melakukan hal-hal yang membuatnya dicap sebagai
homoseksual, untuk menjauhkan diri dari orang-orang lingkungannya. Dari
sini Kurt mulai berteman dengan beberapa homoseksual, dan juga
orang-orang kulit hitam yang notabenenya hidup dalam ‘penolakan’ sosial,
persis seperti yang dia rasakan. Hal – hal semacam itulah yang
membuatnya secara terang-terangan menentang homofobhia, rasisme, dan
kekerasan terhadap perempuan.
Setahun kemudian, Kurt Cobain yang sering
bertengkar dengan sang ibu yang juga pecandu alkohol, akhirnya pergi
meninggalkan ibunya. Dia tidak memiliki tempat tinggal tetap selama
hampir dua tahun, dan hidup dengan cara menumpang di rumah teman-
temannya, bahkan Kurt sering tidur di bangunan tua atau ruang tunggu
rumah sakit, bila tidak ada tempat baginya untuk menginap.
Meskipun hidup sebagai gelandangan, Kurt
sering berkunjung ke tempat pamannya, Chuck. Disana dia belajar bermain
gitar bersama dengan Warren Mason, gitaris di band pamannya. Musik
kembali secara signifikan merasuk kedalam kehidupan Kurt Cobain, saat
dia mengenal sebuah band punk lokal yang berasal dari Montesano, The
Melvins. Kurt sangat menyukai musik-musik The Melvins, menjadi fans dan
berteman baik dengan sang vokalis, Buzz Osbourne, yang akhirnya juga
memperkenalkan Kurt dengan band-band punk lainnya, seperti Sex Pistols.
Kurt bahkan sering ikut saat band
tersebut latihan, manggung, ataupun hanya sekedar nongkrong. Disinlah
Kurt Cobain bertemu dengan Krist Novoselic, karena merasa banyak
kecocokan dalam hal bermusik, mereka memutuskan untuk membentuk sebuah
band. Tidak lama setelah seorang pemain drum bernama Aaron Burckhard
bergabung, Kurt Cobain memulai band pertamanya, Fecal Matter.
Mereka merekam beberapa lagu, namun tidak
pernah pentas diatas panggung. Setelah beberapa kali berganti nama,
pada tahun 1987, Kurt Cobain, Krist Novoselic, dan Aaron Burckhard,
melakukan gigs pertama mereka. Nama Nirvana sendiri baru digunakan
sekitar tahun 1988. Kurt terinspirasi nama tersebut, saat sedang
menonton sebuah acara tengah malam agama Budha membicarakan tentang
Nirwana, yang berarti pencapaian kesempurnaan.
Setelah beberapa kali bermain di panggung
– panggung lokal, musik Nirvana pun mulai dikenal. Pada pertengahan
tahun 1988, Chad Channing, masuk menggatikan Burckhard, dan Nirvana
akhirnya merilis single yang berjudul ’Love Buzz’ dibawah naungan label
indie Sub Pop Records. Pada awalnya single itu hanya diedarkan
dikalangan terbatas, karena tidak mudah untuk membuat orang secara luas,
menerima musik yang Nirvana mainkan.
Kurt kemudian mengirimkan salah satu
kopinya kepada sebuah stasiun radio yang cukup terkenal di Seattle KCMU,
berharap mereka mau memainkan Love Buzz disana. Setelah mendengarkan
radio selama berjam-jam, Kurt gelisah karena lagunya tidak kunjung
diputar. Hingga akhrinya Kurt Cobain harus menelpon stasiun radio
tersebut dari sebuah telepon umum, dan me request lagunya sendiri untuk
dimainkan, barulah kemudian lagu itu mengudara. Sebuah tindakan yang
bisa dibilang ironi, namun sangat berarti karena setelah itu, Nirvana
mulai mendapatkan jangkauan pendengar yang lebih luas.
Semakin populer di Seattle, Nirvana
kemudian merilis debut albumnya, “Bleach” pada 1989. Meskipun album
pertama gagal memenuhi ekspektasi pasar, namun tidak semata-mata membuat
mereka menyerah begitu saja. Nirvana tetap melanjutkan aksi mereka dari
panggung ke panggung, mereka bahkan sempat ikut tur dengan Sonic Youth.
Bleach, juga membuat nama Kurt Cobain menjadi populer, talentanya
sebagai penulis lagu diakui banyak produser musik lokal saat itu.
Kemudian, pada tahun 1990, Dave Grohl
masuk sebagai pemain drum baru Nirvana, dan ditahun ini juga Kurt Cobain
mulai menjalin hubungan dengan seorang penyanyi rock eksentrik bernama
Courtney Love. Kesuksesan Nirvana mulai secara drastis meningkat, saat
mengeluarkan album kedua ‘Nevermind’, pada 24 September 1991, yang
dimana pada album ini, Kurt Cobain cs sudah pindah dari label lokal Sub
Pop, ke major label Geffen Records.
‘Smels Like Teen Spirit’ menjadi salah
satu lagu yang mengantarkan nama Nirvana mendunia, dan juga menobatkan
Kurt Cobain sebagai salah satu penulis lagu yang diakui oleh banyak
kalangan. Nevermind juga memenangkan banyak penghargaan, sehingga
radio-radio di berbagai belahan dunia, memutarkan lagu itu secara terus
menerus, dan musik Nirvana sangat digemari banyak kalangan di banyak
negara.
Di Indonesia sendiri, bisa dibilang
popularitas Nirvana dapat menyaingi, band lain yang saat itu sedang
terkenal-terkenalnya seperti Guns n’ Roses dan Sepultura. Ditengah
popularitasnya, Kurt Cobain kemudian menikahi Courtney Love pada
Februari 1992, dan delapan bulan kemudian putri mereka Frances Bean
Cobain lahir kedunia.
Kesuksesan Nevermind, bisa dibilang
mengubah kehidupan para personil Nirvana secara drastis, khususnya Kurt
Cobain. Terjual sebanyak 10 juta kopi, senilai 550 juta Dollar Amerika,
membuat trio itu menjadi milarder dalam waktu yang cukup singkat. Gaya
hidup sebagai seorang rock star, membuat Kurt merasa tidak nyaman.
Tekanan demi tekanan yang diterimanya, membuat dia menjadi semakin
kecanduan heroin.
Sebenarnya, Kurt sendiri sudah
mengkonsumsi Heroin sejak akhir tahun1989, saat dia mulai mengenal
Courtney Love. Kedua pasangan ini memang sangat terkenal dengan
kedekatan mereka terhadap heroin, bahkan Kurt dan Courtney
terang-terangan mengaku kepada publik perihal pengkonsumsian narkoba.
Kurt sendiri menjelaskan menggunakan heroin agar tetap fit dan fokus
dalam menghadapi padatnya jadwal manggung, dan kecenderungan itu
bertambah semenjak nama Nirvana semakin populer. Kemudian, pada awal
1993, Nirvana kembali merilis album barunya ‘In Utero’, yang juga
mengikuti kesuksesan album sebelumnya.
Saat Nirvana meraih pencapaian yang luar
biasa, Kurt malah merasakan hal yang sebaliknya. Kepopuleran membuat
Kurt Cobain semakin depresi, karena hal tersebut merenggut kebebasan
kehidupan pribadinya. Semakin kacau, Kurt semakin menarik dirinya,
menjauh dari media, menjauh dari teman-temannya, bahkan dari personil
band Nirvana lainnya.
Dibalik seluruh frustasi yang dia
rasakan, Kurt tetap secara professional konser bersama Nirvana. Mereka
tampil di acara MTV Unplugged pada November 1993, dan juga mengadakan
konser tur keliling Eropa setelahnya. Disela-sela tur Eropa Nirvana pada
bulan Maret 1994, kejadian tragis hampir merenggut nyawa Kurt Cobain
saat sedang berada dalam sebuah ruangan hotel, di Roma, Italia.
Overdosis karena peggunan heroin yang terlalu berlebihan, Kurt harus
dilarikan ke rumah sakit, beruntungnya saat itu nyawanya masih bisa
diselamatkan.
Media pun kemudian ramai memberitakan
kejadian tersebut sebagai percobaan bunuh diri. Namun, Cobain bersikeras
hal yang menimpanya adalah murni sebuah kecelakaan, dan dia tidak ingin
melukai dirinya sendiri. Setelah pulang ke Amerika, Kurt Cobain semakin
menjadi penyendiri, dan lebih banyak mengkonsumsi heroin. Pada tanggal
18 Maret 1994, Courtney Love kembali menghubungi polisi, dan melaporkan
Kurt atas percobaan bunuh diri, karena mengunci dirinya didalam ruangan
dimana dia menyimpan banyak senjata api.
Lagi-lagi, Kurt Cobain menyangkal bahwa
dirinya akan bunuh diri, dan menyatakan bahwa dia tidak akan melakukan
tindakan tersebut. Setelah kejadian itu, semua senjata api koleksi Kurt
dan narkobanya disita polisi. Mengikuti saran banyak orang terdekatnya,
diapun akhinya mengikuti program rehabilitasi narkoba di Marina Del Rey,
California.
Setelah beberapa hari berada di
rehabilitasi, pada 1 April 1994 Kurt Cobain keluar dari tempat tersebut,
dan pulang kembali ke Seattle secara diam-diam tanpa memberitahukan
teman ataupun keluarganya. Lalu dua hari setelahnya, Courtney Love
kemudian melapor ke polisi, dan membuat laporan orang hilang dengan
menggunakan nama ibunda Kurt Cobain. Dia bahkan menyewa seorang
investigator swasta, bernama Tom Grant, untuk menemukan keberadaan
suaminya. Namun, tidak lama setelah dinyatakan hilang, Kurt Cobain
ternyata ditemukan tewas di rumah danau milikinya, pada Jumat, 8 April
1994, oleh dua orang petugas perbaikan listrik.
Kurt Cobain dipercaya, melakukan bunuh
diri dengan cara menembakkan shotgun kekepalanya sendiri. Dia
meningglakan sebuah pesan pada sebuah kertas, ditulis dengan tinta
merah, yang menjelaskan tentang pengunduran dirinya dari dunia musik,
dan juga perpisahan kepada istri dan putrinya. Meskipun demikian, banyak
sekali misteri yang menyelimuti kematian rock star legendaris
tersebut,. Bahkan banyak yang meyakini Kurt Cobain tidaklah bunuh diri
diri, melainkan dibunuh seseorang. Hidup sebagai idola, mati sebagai
legenda,
posted by : rosi as
Tidak ada komentar:
Posting Komentar