foto istimewa |
Mengenal drummer terbaik
Jelli Tobing
(Dimuat dalam Majalah Aktuil No.160/1975)
Mengamati seorang ”the best” bidang bedugan modern memang agak syusyah, terutama setelah Fuad yang perkasa itu berpulang kepadaNya. Namun belakangan ini, justru setelah tiadanya Fuad, banyak anak muda tukang drum ini punya antusiasme besar sekali buat merebut posisi best drummer.
Biography
Begini cerita tentang jadinya Jelli. Dia bernama lengkap Jelli Tobing. Bapaknya Batak asli, dan mamanya Manado. Dia lahir di Semarang pada 20 Oktober 1950. Masih muda, tampang nge-pop yang menyandangi selera anak ini buat mencapai target the best drummer periode 74-75. Dia belajar main drum barangkali lantaran sering lihat pemain drum fave-nya Eddy Tulis. Dia juga kagum setengah mampus sama kemampuan Fuad Hassan masa itu. Dan masa itu, si Jelli masih lungguh tenang di formasi C’Blues Jakarta. Di band inilah, musisi muda lainnya mulai melihat vitalitas Jelli sebagai pemain drum yang baik.
Dia main musik langsung pegang stick pada tahun 68. Pertama kali di band Otista. Berturut-turut dia main di Arulan (71), Bina Ria (72) dan C’Blues akhir tahun 72. Di band terakhir ini sebenarnya Jelli kerasan. Mereka kompak bermain dengan setting brass band instrument yang sedikit banyak mampu memperkeren diri. Celakanya band terakhir ini juga terpaksa ambyar lantaran banyak problem. Misalnya saja perihal fasilitas yang teramat jengki. Perihal ketidaksamaan selera membuat lagu dan sebagainya. Dari C’Blues mendiang, Jelli terkatung-katung setengah tahun. Sampai pada satu saat, di kupingnya terbisikkan satu harapan yakni dengan jalan mabur ke grup Minstrel’s di Medan sana.
“Fasilitas ada dan hebat. Duit cukup. Mau apa lagi? Makan kenyang deh!” begitu kira-kira bisikan Fadil Usman - eks drummer Ivo’s, yang kebetulan saat itu juga merasa diperkosa kemampuannya oleh kakaknya sendiri: zus Ivo. Kalau Fadil semasa Minstrel’s pegang gitar melodi, maka setelah di Ivo’s dia merasa nggak kerasan lantaran ditaruh set drum di depan matanya. Dan bersama Fadil dan Mamad ini, Jelli lantas angkat kaki ke Medan. Akhir 73, dia telah nimbrung nemperkuat Minstrel’s, yang untuk periode akhir 74 lalu, berhasil menggulung kharisma band-band top Medan sebelumnya.
Jelly Tobing bersama Deddy Stanzah, dan Deddy Dores yang tergabung dalam Super Kid |
Tidak sedikit mass-media Medan yang
membicarakan kedatangan anak Jakarta ke formasi Minstrel’s kala itu.
Koran-koran nge-pop di sana, saling berlomba adu kekuatan ngecap buat
mencari kelemahan dan kekuatan tiga anak Jakarta yang barusan datang.
Tentu saja ada perbandingan-perbandingan yang terkadang kurang
menguntungkan pihak band setempat.
Dan katanya kemampuan anak-anak Jakarta
ini, boleh dibilang setingkat di atas anak-anak band Medan. Bukti
menunjukkan kala itu setelah Jelli dan cs-nys datang ke Medan, mendadak
sontak grup Great Session yang perkasa, sekarat lantas menghentikan sama
sekali kegiatan musiknya. Katanya Teruna Said si empunya alat, lantas
minggat ke London buat mencari kesempatan belajar musik dan memanajeri
bidang blantika per-band-an.
Padahal Desember 73, Great Session
bersama dengan Rhythm Kings secara sadis telah berhasil membabat habis
kemampuan Minstrel’s dalam show perkasa di GOR Medan. Kenapa GS lantas
bubar setelah itu, dan RK lantas mempeti-eskan kemampuannya justru
setelah mahkota “tak resmi” gelar top grup ada di atas kepalanya?
Barangkali ada logika yang gampang ditebak: kalau di bulan Desember 73,
Minstrel’s mampu dibabat lantaran formasi gresnya belum kompak maka pada
saat ini mustahil Minstrel’s dengan Jelli cs mau menyerah kalah begitu
saja!
Selama tiga anak Jakarta ini mabur ke
Medan, tidak ada kabar menarik tentang mereka lagi. Baru setelah mereka
rekaman di Jakarta dan punya kesempatan manggung sambilan di Taman Ria
Monas, maka saya sendiri mendapat kesan menarik tentang Minstrel’s,
paling utama Jelli-nya macam ini:
Memang Dia!
Semasa di C’Blues, saya pernah mengikuti
tour mereka ke Sukabumi. Sebuah kota kecil tempat AKABRI Polisi, tapi
anak mudanya punya hak-hak yang nyaris dibilang sadis dalam memberi
spontanitas terhadap show band. Kalau AKABRI-nya sendiri kagak gondrong
rambutnya, maka bukan main bebasnya anak muda Sukabumi yang non AKABRI.
Rambut mereka dibebaskan terurai merdeka.
Tingkah mereka juga dibebaskan dalam pola
petentang-petenteng. Dan katanya band Jakarta atau Bandung yang bisa
lolos dari lemparan dalam live-show, di kota ini boleh dibilang main
mereka memang baik. “C’Blues pada waktu itu bisa lepas! Dan Jelli pada
waktu itu termasuk biangnya yang mampu melepaskan diri dari ketatnya
sistem blokir panggung yang dilakukan penonton-penonton urakan.
Satu setengah tahun mata saya absen dari
permainan Jelli. Tepat bulan Juli 74, Minstrel’s melakukan performasi
jengki di Taman Ria. Show ini menarik bagi saya, lantaran ada bau-bau
asyiek dalam show mereka kali ini. Sebelumnya pernah nonton show mereka
di Medan dua tahun yang silam. Jelek deh! Begitu lagu dibuka, Jelli
telah melakukan gebrakan yang mengejutkan.
Sebagaimana kita ketahui, ciri-ciri
lagu-lagu hardrock itu terletak pada penghentian atau break-break yang
mendadak sontak. Dengan demikian, seorang drummer di jenis band yang
nge-hard-rock, harus punya kuping setajam demit. Punya feeling sehebat
orang buta. Orang macam ini punya indra keenam. Dan punya kelincahan
sejenis burung sikatan yang ganjen menawan. Jelli punya tiga ciri di
atas, ditambah lagi adanya kemampuan vokal di tenggorokannya!
“Dilihat dari model nguapnya, dia memang
mahir di vokal,” kata Jeddy eks Rasela. Agaknya orang ini memang tau
persis kemampuan Jelli. Sebab Jeddy pun juga pernah ngendon di C’Blues.
Dalam show Taman Ria, untuk terakhir
kalinya Jelli melakukan solo drummin’ sekitar sepuluh menit. Di tangan
kirinya tergenggam dua stick. Tangan kanan dua stick. Lantas secara
antusias dia melakukan gerakan-gerakan berujud stage act dengan cara
meliuk-liukkan tubuh dan kepala terus bergoyang tak henti-hentinya.
Suatu ketika, mendadak sontak dia,
menggebrak tamborin dan menendang bass drum dengan model orang sekarat.
Gebugan dihentikan! Setelah itu siku kirinya ditaruh di atas tamborin,
lantas tangan kanannya secara perlahan menabuh tamborin tadi pelan dan
pelan membentuk sebuah irama yang menarik. Lama kelamaan keras. Setelah
ini berhenti, dia pakai model solo drummin’ satu lagi. Dengan stick
dua-dua di tangan kiri-kanan, pelan-pelan.
Jelli melakukan tabuhan yang asyik di
atas tom-tom, tamborin atau terkadang menyenggol simbal halus-halus.
Kakinya juga membentuk satu tendangan yang teratur dengan model tabuhan
tangan tadi. Begitu teraturnya dia lakukan tabuhan berbau top macam ini,
hingga tanpa disadari barangkali banyak penonton yang terlanjur ngiler
lantaran bengong oleh prestasi main si Jelli.
Pernah suatu kali, dimana musik
Minstrel’s sedang berdentum pol, Jelli in person mendadak sontak
melakukan tingkah melonjak dari tempat duduknya dan membuang
tinggi-tinggi dua-dua stick tadi. Dengan disertai hentakan yang kuat di
bass drum, dia merenggut kembali sticknya dari udara. Dan tepat pada
saat itu, musik Minstrel’s yang nge-hard-rock berhenti mendadak secara
pas sama! Dilihat dari tingkah-tingkah Jelli macam ini, agaknya memang
dia-lah yang pantas dikasih anugerah ”the best drummer,” di samping dua
nama lainnya yang perlu diperhitungkan: Keenan Nasution dan Yanto
Step’s.
Komentar
Suatu kali Keenan pernah kasih komentar
macam ini. ”Saya belum kenal Jelli. Barangkali lupa ya. Tapi terus
terang, saya jadi pengin tahu mainnya!” katanya. Agaknya kerinduan macam
itu, telah terpenuhi tatkala God Bless main bersama Minstrel’s di
stadion Teladan Medan 20 Oktober lalu. Barangkali ada komentar lain
setelah mereka bertemu? Masih bakal diurus!
Yang jelas, Jelli pernah bilang macam ini
pada Aktuil: ”Gua mau diadu sama siapa saja, sepanjang aduan tadi fair
dan dilakukan wajar demi peningkatan mutu dan prestasi sebagai seorang
drummer. Gua mau diadu di mana saja deh!” katanya dalam wawancara di
bulan Juli 74
Ada sambungan berikutnya dalam surat
Jelli September 74. ”Bens gua rasanya bahagia sekali saat ini. Tanggal
20 Oktober, cita-cita gua untuk mengimbangi permainan Keenan, bakal
terlaksana. Tak ada yang menarik dalam hidup saya, selain buat merebut
prestasi maksimal sebagai drummer terbaik saat ini juga!” tulisnya
Perihal drummer yang baik se-Medan, Aldin
dari Tankers berkomentar pula: ”Waktu saya di sana, sama sekali nol
pemain drum di Medan. Padahal Rizaldi udah ada. Dan yang barusan nampak
itu drummernya Rhythm Kings si Yahya. Itu lumayan-lah. Kalau Jelli
datang ke sana, barangkali dialah yang bakal rebut posisi. Yang jelas,
buat tingkatan Fuad sampai kini Indonesia belum punyai lagi!”
Lantas apa tanggapan Lulu Gipsy tentang
the best drummer nanti? ”Gua terus terang pegang Jelli. Saya tahu dia
sejak di C’Blues. Pukulannya mantap dan banyak variasi ditemukan.
Walaupun kurang tahu mainnya yang kini, tapi ada keyakinan bahwa Jelli
bakal lebih maju dibanding setahun yang lalu!”
Pas sekali komentar dihentikan sampai di
situ. Bukan tak ada sambungannya. ”Kalau Keenan itu saya anggap masih
terlampau lamban. Pukulan dia kurang mantap. Stage act kurang terbentuk.
Dibanding dengan Jelli, yang terakhir ini memang punya kelebihan-
kelebihan dari Keenan. Jelli mampu bergaya. Dia mantap. Dia bisa nyanyi.
Kedua drummer ini saya kenal baik. Jadi saya tahu baik keduanya!” ini
sambungan omongan Lulu bin Soemaryo LE. Agaknya omongan dialah yang
pantas dipegang sekarang. Sebab bagaimanapun juga, Lulu termasuk akrab
dengan Keenan; terutama dalam masa Gipsy di Ramayana Restaurant New
York.
Sebenarnya ada tiga drummer yang baik
untuk jenis musik bising urusan manggung di Indonesia saat ini. Mereka
adalah Jelli, Keenan dan Yanto tadi. Di luar urusan musik bising, ada
drummers lain yang punya variasi dan kemantapan sendiri. Taruhlah nama
Sido Panbers yang pol agak menarik dengan atraksi jengkang-jengkingnya.
Tapi untuk musik bising, gaya dia tak bisa dipertahankan kemayu begitu.
Ada lagi Murry yang men-trademark-i adonan musikal Koes Plus. Sayang
sekali Murry hanya membatasi diri sebagai top drummer di jenis band
rekaman. Dalam live-show, Murri minus atraksi manggungnya. Di vokal dia
juga teramat fals.
Buat band rekaman, Murry punya saingan
yang bernama Sofyan. Yang terakhir ini aktif sebagai tokoh pembentuk
ciri musik No Koes yang berciri nada ”grusa-grusu” itu. Sofyan hebat di
rovel-rovel yang banyak variasinya. Dan di vokal pun suara dia kena
tibanan duit, lantaran mutu komersil! Sayang sekali Sofyan pasti
keringatan kalau disuruh manggung lagi. Lagi pula gaya dia memang tak
ada!
Adakah drummer lain yang bisa dimasukkan
ke daftar ini? Syech Abidin – AKA? Nol! Ada lagi punya The Disc. Itu
anak bukan main baiknya gaya menabuh. Cuma bandnya sendiri nggak
bercirikan musik rock yang bising, lantas dia pun ketularan nggak suka
akan polah yang bikin bising.
posted by : rosi as
Tidak ada komentar:
Posting Komentar