Senin, 04 April 2016

Mengenal drummer terbaik

foto istimewa



Mengenal drummer terbaik 

Jelli Tobing

(Dimuat dalam Majalah Aktuil No.160/1975)

 Mengamati seorang ”the best” bidang bedugan modern memang agak syusyah, terutama setelah Fuad yang perkasa itu berpulang kepadaNya. Namun belakangan ini, justru setelah tiadanya Fuad, banyak anak muda tukang drum ini punya antusiasme besar sekali buat merebut posisi best drummer.

Biography

Begini cerita tentang jadinya Jelli. Dia bernama lengkap Jelli Tobing. Bapaknya Batak asli, dan mamanya Manado. Dia lahir di Semarang pada 20 Oktober 1950. Masih muda, tampang nge-pop yang menyandangi selera anak ini buat mencapai target the best drummer periode 74-75. Dia belajar main drum barangkali lantaran sering lihat pemain drum fave-nya Eddy Tulis. Dia juga kagum setengah mampus sama kemampuan Fuad Hassan masa itu. Dan masa itu, si Jelli masih lungguh tenang di formasi C’Blues Jakarta. Di band inilah, musisi muda lainnya mulai melihat vitalitas Jelli sebagai pemain drum yang baik.

 Dia main musik langsung pegang stick pada tahun 68. Pertama kali di band Otista. Berturut-turut dia main di Arulan (71), Bina Ria (72) dan C’Blues akhir tahun 72. Di band terakhir ini sebenarnya Jelli kerasan. Mereka kompak bermain dengan setting brass band instrument yang sedikit banyak mampu memperkeren diri. Celakanya band terakhir ini juga terpaksa ambyar lantaran banyak problem. Misalnya saja perihal fasilitas yang teramat jengki. Perihal ketidaksamaan selera membuat lagu dan sebagainya. Dari C’Blues mendiang, Jelli terkatung-katung setengah tahun. Sampai pada satu saat, di kupingnya terbisikkan satu harapan yakni dengan jalan mabur ke grup Minstrel’s di Medan sana.

“Fasilitas ada dan hebat. Duit cukup. Mau apa lagi? Makan kenyang deh!” begitu kira-kira bisikan Fadil Usman - eks drummer Ivo’s, yang kebetulan saat itu juga merasa diperkosa kemampuannya oleh kakaknya sendiri: zus Ivo. Kalau Fadil semasa Minstrel’s pegang gitar melodi, maka setelah di Ivo’s dia merasa nggak kerasan lantaran ditaruh set drum di depan matanya. Dan bersama Fadil dan Mamad ini, Jelli lantas angkat kaki ke Medan. Akhir 73, dia telah nimbrung nemperkuat Minstrel’s, yang untuk periode akhir 74 lalu, berhasil menggulung kharisma band-band top Medan sebelumnya.

Jelly Tobing bersama Deddy Stanzah, dan Deddy Dores yang tergabung dalam Super Kid             
Tidak sedikit mass-media Medan yang membicarakan kedatangan anak Jakarta ke formasi Minstrel’s kala itu. Koran-koran nge-pop di sana, saling berlomba adu kekuatan ngecap buat mencari kelemahan dan kekuatan tiga anak Jakarta yang barusan datang. Tentu saja ada perbandingan-perbandingan yang terkadang kurang menguntungkan pihak band setempat.

Dan katanya kemampuan anak-anak Jakarta ini, boleh dibilang setingkat di atas anak-anak band Medan. Bukti menunjukkan kala itu setelah Jelli dan cs-nys datang ke Medan, mendadak sontak grup Great Session yang perkasa, sekarat lantas menghentikan sama sekali kegiatan musiknya. Katanya Teruna Said si empunya alat, lantas minggat ke London buat mencari kesempatan belajar musik dan memanajeri bidang blantika per-band-an.

Padahal Desember 73, Great Session bersama dengan Rhythm Kings secara sadis telah berhasil membabat habis kemampuan Minstrel’s dalam show perkasa di GOR Medan. Kenapa GS lantas bubar setelah itu, dan RK lantas mempeti-eskan kemampuannya justru setelah mahkota “tak resmi” gelar top grup ada di atas kepalanya? Barangkali ada logika yang gampang ditebak: kalau di bulan Desember 73, Minstrel’s mampu dibabat lantaran formasi gresnya belum kompak maka pada saat ini mustahil Minstrel’s dengan Jelli cs mau menyerah kalah begitu saja!

Selama tiga anak Jakarta ini mabur ke Medan, tidak ada kabar menarik tentang mereka lagi. Baru setelah mereka rekaman di Jakarta dan punya kesempatan manggung sambilan di Taman Ria Monas, maka saya sendiri mendapat kesan menarik tentang Minstrel’s, paling utama Jelli-nya macam ini:

Memang Dia!

Semasa di C’Blues, saya pernah mengikuti tour mereka ke Sukabumi. Sebuah kota kecil tempat AKABRI Polisi, tapi anak mudanya punya hak-hak yang nyaris dibilang sadis dalam memberi spontanitas terhadap show band. Kalau AKABRI-nya sendiri kagak gondrong rambutnya, maka bukan main bebasnya anak muda Sukabumi yang non AKABRI. Rambut mereka dibebaskan terurai merdeka.

Tingkah mereka juga dibebaskan dalam pola petentang-petenteng. Dan katanya band Jakarta atau Bandung yang bisa lolos dari lemparan dalam live-show, di kota ini boleh dibilang main mereka memang baik. “C’Blues pada waktu itu bisa lepas! Dan Jelli pada waktu itu termasuk biangnya yang mampu melepaskan diri dari ketatnya sistem blokir panggung yang dilakukan penonton-penonton urakan.

Satu setengah tahun mata saya absen dari permainan Jelli. Tepat bulan Juli 74, Minstrel’s melakukan performasi jengki di Taman Ria. Show ini menarik bagi saya, lantaran ada bau-bau asyiek dalam show mereka kali ini. Sebelumnya pernah nonton show mereka di Medan dua tahun yang silam. Jelek deh! Begitu lagu dibuka, Jelli telah melakukan gebrakan yang mengejutkan.

Sebagaimana kita ketahui, ciri-ciri lagu-lagu hardrock itu terletak pada penghentian atau break-break yang mendadak sontak. Dengan demikian, seorang drummer di jenis band yang nge-hard-rock, harus punya kuping setajam demit. Punya feeling sehebat orang buta. Orang macam ini punya indra keenam. Dan punya kelincahan sejenis burung sikatan yang ganjen menawan. Jelli punya tiga ciri di atas, ditambah lagi adanya kemampuan vokal di tenggorokannya!

“Dilihat dari model nguapnya, dia memang mahir di vokal,” kata Jeddy eks Rasela. Agaknya orang ini memang tau persis kemampuan Jelli. Sebab Jeddy pun juga pernah ngendon di C’Blues.

Dalam show Taman Ria, untuk terakhir kalinya Jelli melakukan solo drummin’ sekitar sepuluh menit. Di tangan kirinya tergenggam dua stick. Tangan kanan dua stick. Lantas secara antusias dia melakukan gerakan-gerakan berujud stage act dengan cara meliuk-liukkan tubuh dan kepala terus bergoyang tak henti-hentinya.

Suatu ketika, mendadak sontak dia, menggebrak tamborin dan menendang bass drum dengan model orang sekarat. Gebugan dihentikan! Setelah itu siku kirinya ditaruh di atas tamborin, lantas tangan kanannya secara perlahan menabuh tamborin tadi pelan dan pelan membentuk sebuah irama yang menarik. Lama kelamaan keras. Setelah ini berhenti, dia pakai model solo drummin’ satu lagi. Dengan stick dua-dua di tangan kiri-kanan, pelan-pelan.

Jelli melakukan tabuhan yang asyik di atas tom-tom, tamborin atau terkadang menyenggol simbal halus-halus. Kakinya juga membentuk satu tendangan yang teratur dengan model tabuhan tangan tadi. Begitu teraturnya dia lakukan tabuhan berbau top macam ini, hingga tanpa disadari barangkali banyak penonton yang terlanjur ngiler lantaran bengong oleh prestasi main si Jelli.

Pernah suatu kali, dimana musik Minstrel’s sedang berdentum pol, Jelli in person mendadak sontak melakukan tingkah melonjak dari tempat duduknya dan membuang tinggi-tinggi dua-dua stick tadi. Dengan disertai hentakan yang kuat di bass drum, dia merenggut kembali sticknya dari udara. Dan tepat pada saat itu, musik Minstrel’s yang nge-hard-rock berhenti mendadak secara pas sama! Dilihat dari tingkah-tingkah Jelli macam ini, agaknya memang dia-lah yang pantas dikasih anugerah ”the best drummer,” di samping dua nama lainnya yang perlu diperhitungkan: Keenan Nasution dan Yanto Step’s.

Komentar

Suatu kali Keenan pernah kasih komentar macam ini. ”Saya belum kenal Jelli. Barangkali lupa ya. Tapi terus terang, saya jadi pengin tahu mainnya!” katanya. Agaknya kerinduan macam itu, telah terpenuhi tatkala God Bless main bersama Minstrel’s di stadion Teladan Medan 20 Oktober lalu. Barangkali ada komentar lain setelah mereka bertemu? Masih bakal diurus! 

Yang jelas, Jelli pernah bilang macam ini pada Aktuil: ”Gua mau diadu sama siapa saja, sepanjang aduan tadi fair dan dilakukan wajar demi peningkatan mutu dan prestasi sebagai seorang drummer. Gua mau diadu di mana saja deh!” katanya dalam wawancara di bulan Juli 74

Ada sambungan berikutnya dalam surat Jelli September 74. ”Bens gua rasanya bahagia sekali saat ini. Tanggal 20 Oktober, cita-cita gua untuk mengimbangi permainan Keenan, bakal terlaksana. Tak ada yang menarik dalam hidup saya, selain buat merebut prestasi maksimal sebagai drummer terbaik saat ini juga!” tulisnya

Perihal drummer yang baik se-Medan, Aldin dari Tankers berkomentar pula: ”Waktu saya di sana, sama sekali nol pemain drum di Medan. Padahal Rizaldi udah ada. Dan yang barusan nampak itu drummernya Rhythm Kings si Yahya. Itu lumayan-lah. Kalau Jelli datang ke sana, barangkali dialah yang bakal rebut posisi. Yang jelas, buat tingkatan Fuad sampai kini Indonesia belum punyai lagi!”

Lantas apa tanggapan Lulu Gipsy tentang the best drummer nanti? ”Gua terus terang pegang Jelli. Saya tahu dia sejak di C’Blues. Pukulannya mantap dan banyak variasi ditemukan. Walaupun kurang tahu mainnya yang kini, tapi ada keyakinan bahwa Jelli bakal lebih maju dibanding setahun yang lalu!”

Pas sekali komentar dihentikan sampai di situ. Bukan tak ada sambungannya. ”Kalau Keenan itu saya anggap masih terlampau lamban. Pukulan dia kurang mantap. Stage act kurang terbentuk. Dibanding dengan Jelli, yang terakhir ini memang punya kelebihan- kelebihan dari Keenan. Jelli mampu bergaya. Dia mantap. Dia bisa nyanyi. Kedua drummer ini saya kenal baik. Jadi saya tahu baik keduanya!” ini sambungan omongan Lulu bin Soemaryo LE. Agaknya omongan dialah yang pantas dipegang sekarang. Sebab bagaimanapun juga, Lulu termasuk akrab dengan Keenan; terutama dalam masa Gipsy di Ramayana Restaurant New York.

Sebenarnya ada tiga drummer yang baik untuk jenis musik bising urusan manggung di Indonesia saat ini. Mereka adalah Jelli, Keenan dan Yanto tadi. Di luar urusan musik bising, ada drummers lain yang punya variasi dan kemantapan sendiri. Taruhlah nama Sido Panbers yang pol agak menarik dengan atraksi jengkang-jengkingnya. Tapi untuk musik bising, gaya dia tak bisa dipertahankan kemayu begitu. Ada lagi Murry yang men-trademark-i adonan musikal Koes Plus. Sayang sekali Murry hanya membatasi diri sebagai top drummer di jenis band rekaman. Dalam live-show, Murri minus atraksi manggungnya. Di vokal dia juga teramat fals.

Buat band rekaman, Murry punya saingan yang bernama Sofyan. Yang terakhir ini aktif sebagai tokoh pembentuk ciri musik No Koes yang berciri nada ”grusa-grusu” itu. Sofyan hebat di rovel-rovel yang banyak variasinya. Dan di vokal pun suara dia kena tibanan duit, lantaran mutu komersil! Sayang sekali Sofyan pasti keringatan kalau disuruh manggung lagi. Lagi pula gaya dia memang tak ada!

Adakah drummer lain yang bisa dimasukkan ke daftar ini? Syech Abidin – AKA? Nol! Ada lagi punya The Disc. Itu anak bukan main baiknya gaya menabuh. Cuma bandnya sendiri nggak bercirikan musik rock yang bising, lantas dia pun ketularan nggak suka akan polah yang bikin bising.

posted by : rosi as         
             

Tidak ada komentar: