Kamis, 07 April 2016

Steven


Reggae dan Jatuh Bangun Seorang Tepenk


Saat kelas 2 SMA dia memutuskan Exodus dari Pekanbaru menuju Jakarta, setelah meminta restu orangtuanya ia diberikan lampu hijau untuk melanjutkan studi ke ibukota. Langkah ini ia ambil lantaran tekad yang kuat ingin berprofesi menjadi seorang musisi tulen di Indonesia. Lewat modal nekat, alhasil ia berangkat sendiri menuju Tanjung Duren, karena pada waktu itu yang ada dalam benaknya ialah hanya ingin melanjutkan karir untuk ngeband.

Menurut dia di kota kelahirannya Pekanbaru pada saat itu cukup banyak kendala, khususnya untuk merekam suatu karya musik. Terutama disana biayanya cukup mahal, apalagi saat itu belum terdapat sistem digital musik recording seperti saat ini. Melainkan, musisi yang hendak rekaman bikin album wajib menggunakan pita untuk produksi recording sistem analog.

Ia adalah Steven Nugraha Kaligis atau lebih dikenal publik saat ini dengan sapaan Tepenk, talenta musik ini telah ia asah sedari SMP, saat itu ia sangat menggemari The Beatles, The Rollingstones hingga Metallica yang kerap ia nyanyiakan saat pensi. Bakat musiknya pun menurun dari kedua orang tuanya. Sang Ayah merupakan seorang drummer dan Ibunya adalah penyanyi, mereka adalah musisi bar yang membawakan lagu-lagu top 40 dan kerap mengisi acara-acara musik hingga ke Singapura. Hingga pada suatu hari mereka menikah. Steven merupakan anak kedua dari 5 bersaudara dari pasangan musisi ini.

Setelah lulus SMA dia melanjutkan studi ke perguruan tinggi Atma Jaya, disini Tepenk tidak sampai tamat. Lalu segera memutuskan untuk pindah kampus ke Universitas Borobudur, Jakarta Timur. Disini merupakan fase-fase awal Tepenk untuk menekuni bakatnya menjadi seorang anak band. Dia bekerja menjadi seorang penjaga studio musik di daerah Pondok Kelapa dan tinggal di mess studio tersebut. Kakak dari penyanyi Micky Afi itu harus melakukan pekerjaan sebagai penjaga studio lantaran subsidi dari orang tuanya saat itu sudah dihentikan, yang terfikir olehnya adalah survive hidup di Jakarta.

“Gue musti tanggung jawab dan jaga studio waktu itu, kerena lumayan dapet jatah Rp.1000 per nyatet schedule klo ada yang booking studio hahaha.. pas tahun 1997-1998 duit segitu lumayan juga. Tiap ada yang booking studio lewat telepon gue yang angkat dan langsung gue tulis nama Steven di board schedule. Kalo weekend bisa nyari job laen juga, gue biasanya ngangkat-ngangkat sound, dsb. Iseng-isengnya kalo job penjaga studio lagi role gue pilih ngamen juga di By Pass, Komdak, UI Salemba hingga Pulo Gadung, semuanya buat tambahan dana kuliah, walaupun akhirnya gue berhenti kuliah dan lebih memilih ngeband aja deh. Gue pilih nyebrang dan gue akan tanggung resikonya sendiri!,” ungkap Tepenk .

   
Di studio daerah Pondok Kelapa inilah, ihwal Tepenk mengawali pertemuan dengan Erwin & Bores. Mereka rekan sejawat di band Scope. Mulai rutin ngeband bareng dan tampil di beberapa event musik juga kelab membawakan lagu-lagu band trash metal seperti Korn, Rage Againts The Machine hingga lagu-lagu Seattle Sound yang saat itu sedang mewabah di generasi muda Jakarta.

Periode 1999 Tepenk mulai produktif menulis lirik dan konsen mengkreasikan musiknya bersama Scope, salah satunya ia menulis lirik ‘Bunga Mimpi’ yang masuk di album debut Scope Proses pada tahun 1999. Tahun itu dia bertemu Riko Murry yang membantu Scope untuk line up drum.

Seperti Tepenk akui saat itu Riko sangat banyak membantu Scope termasuk untuk masuk ke Billboard, band beraliran Alternative Rock tersebut mulai produktif menelurkan karya-karya demo musiknya. Alhasil Scope di kontrak dengan durasi selama 3 tahun dan menelurkan 3 album hingga tahun 2003.

Lantas kerjasamanya dengan Riko berakhir pasca album pertama, kedua pihak sepakat tidak bisa melanjutkan bermusik lagi dengan alasan berbeda arah (konsep) dalam menciptakan lagu-lagu. Scope akhirnya mendapatkan drummer baru yakni Gocay Aci, yang Tepenk akui pada album kedua ini enerjinya beda lagi, salah satu hits yang meledak pada saat itu adalah ‘Over Dongo’ di tahun 2001-2002 lewat album Bergerak

“Gue selalu mencari scene reggae supaya nyelip 1 lagu di setiap albumnya Scope. Walaupun pada saat itu gue dengerinnya musik rock, tetapi gue nontonnya malah musik reggae atau sebaliknya. Nah disini gue kenalan sama Tony Q Rastafara dan mengajak beliau buat kerjasama kontribusi di lagu ‘Nyantai’. Tony Q adalah seorang musisi hebat yang pasti dia gak perlu beradaptasi lagi ke Reggae,” tambahnya.

Pada album ketiga Boneka, Scope turut menjalin kerjasama dengan Imanez di lagu ‘Gue Fallin’, menurut Tepenk, almarhum itu merupakan musisi tulen yang memang pure (tulus). Ia adalah seorang musisi besar yang engga sok-sokan, karena gue di industri musik saat itu baru, sementara beliau udah kapalan. Imanez memberi makna pelajaran baru dan gue liat sosok dengan cara kerja yang profesional. Dia tampil all out sampe gue bingung mau kasih upah berapa.

Saat itu Imanez ngeluarin soundnya dan maen gitar di lagu ini, sementara saat itu rekaman lagu masih pake sistem analog recording, jelas ini di luar ekspektasi gue, beliau sangat jenius. Bener-bener terinfluence dengan cara kerja profesionalnya walaupun gue engga setongkrongan” kata penyanyi kelahiran 3 Januari 1975 itu.
Berada pada titik puncak ketenaran, justru Scope diterpa badai yang sangat kuat sehingga band ini pun dinyatakan musti vakum. Disaat kontraknya scope belum rampung justru di putus semena-mena oleh pihak label, yang menurutnya itu pun dengan alasan yang tidak logis.

 “Saat itu gue sampai jual mobil hingga sound-sound systemnya dan harus memulai semua ini dari awal lagi. Ya udah... gue mulai rutin ngamen lagi deh di bis kota jurusan Bulungan dan saat itu ada aja orang yang kenal muka gue pas ngamen.. (lho kan mas yang ngeband di televisi itu ya!) dan gue menerima itu semua bukan sebagai hinaan, justru pecutan karena pada saat itu orangtua di Pekanbaru taunya gue disini udah mapan. Nyatanya gue harus tetap survive lagi walupun nyari kebutuhan loncat dari bis kota ke bis kota buat cari makan” ungkap penyanyi berambut gimbal itu.

Dia harus membangun karir lagi, saat itu Erwin & Bores rekanan nya di band Scope telah tergabung bersama band Kunci. Selama 2 tahun itu saat job kosong Steven mulai mencoba menciptakan lagu-lagu Reggae seperti ‘Mendingan’ dan ‘Welcome to My Paradise’ dan ia perdengarkan ke sahabatnya Delta Agung. Diluar dugaan Delta justru fully support sama musik Reggae yang Tepenk buat dan menyulap Wisma Relasi menjadi sebuah tempat rekaman musik hingga bisa disebut juga sebagai tempatnya management musik, yang terletak di daerah Kebon Jeruk.


Tahun2004 -2005 adalah tahun dimana Steven mulai sibuk mencari line up player hingga distribusi album untuk projek solonya itu. Tekad yang kuat untuk membuat album reggae pun ia wujudkan dengan merilis album perdananya yang bertajuk The Other Side. Itulah yang menjadi album pertama Steven & Coconut Treez, banyak dibantu juga oleh kontribusi dedengkot Reggae Indonesia Tony Q Rastafara dalam proses pembuatan album itu. Turut dibantu pula oleh musisi seperti Luthfi Cozy Republik, Aray Daulay, Pakcik Roy, Agung Gimbal, Richard, Jimmy Pitstop dan masih banyak lagi.

Meski demikian Tepenk juga tidak terlepas dari persoalan pasar, saat itu faktanya musik reggae cukup sulit untuk menembus industri musik tanah air. Ia harus blusukan menawarkan albumnya ke label-label industri musik untuk mendobrak pasar dan melawan genre yang sedang populer di Indonesia. Menurutnya waktu itu industri musik Indonesia cukup meremehkan keberadaan musik reggae. Lewat lagu berbahasa Inggris ‘Welcome to My Paradise’ yang di plot sebagai hits andalan pada album pertama, ternyata mampu menggemparkan pasar industri musik di tanah air hingga mendunia.

“Album The Other Side itu sebuah konsep solo dengan breakthru’ nya gue dalam artian buah perjuangan, ejakulasi gue di album debut ini adalah buah dari nilai-nilai perjuangan. Gue punya niat lalu Delta Agung yang support, karena Delta itu gak ada tendensi bisnis, pure karena kawan. Itu pun berlaku buat semua band yang jadi. 70% mereka sukses karena faktor luck dan 30% nya lagi karena faktor skill juga ketekunan bermusik” kata Tepenk melanjutkan ceritanya.

Kesepakatan untuk mengganti Steven & Coconut Treez dari konsep solo menjadi sebuah band justru baru diwujudkan pada tahun 2006. Saat itu Coconut Treez resmi beranggotakan Teguh (gitar), Aray (gitar), Rival (Bass), Iwano (Keyboard), Gocay Aci (Drum) dan Opa Teddy (Bongo) dan mayoritas personilnya saat itu cukup banyak berkontribusi mengisi instrumen musik pada album kedua Easy Going.

“Coconut Treez itu adalah sekumpulan manusia jenius, gila dan nilai kekeluargaannya lebih di depan dari pada ego masing-masing. Pohon kelapa (Coconuttrezze) itu masih berjalan dan itu gak mungkin mati. Walaupun setiap orang kan punya keinginan yang musti dijalanin dan setiap orang punya mimpi dan tentunya kita saling support disini” kata Tepenk mengenai Coconut Treez.

Tidak lama setelah melepas album ketiga Good Atmosphere di tahun 2008, Tepenk menyebutkan setinggi-tingginya bendera kapal pada saat itu pasti badainya akan jauh lebih besar. Menurutnya jika lolos dari rintangan pada album ketiga ini pohon kelapa bisa aman berjalan sampai kini. Selang satu tahun pasca keluarnya album tersebut, beberapa personilnya memutuskan untuk bersolo karir. Diantaranya adalah Aray Daulay lewat Released By Reality (2009) dan Rival Himran Pallo dengan Life Goes On (2009). Saat itu hanya tinggal Steven sendirian yang dalam kondisi pengangguran, dia anggota Coconuttrezze yang paling akhir untuk memiliki band baru saat itu, hingga di tahun 2009 akhirnya Tepenk membentuk Steven Jam.

       
“Walaupun disaat itu gue akhirnya menentukan Coconut Treez musti vakum dan itu gila karena kalo di jalanin saat itu bisa lebih berantakan. Peluang gesekan lebih gede, malah bisa bubar sekalian. Karena kekeluargaan yang bagus pada band ini, kalo reuni kan enak. Pasti ada kangen-kangenannya, saat rasa kangen itu datang kan enak kalo ngeband lagi. Kesepakatan untuk vakum ini rata dan disepakati juga sama tiap personil lainnya” ungkapnya.

Pada tahun 2010 Steven Jam berhasil menelurkan album pertama lewat Feel The Vibration yang lebih kurang berisi sekitar sebelas lagu dengan nuansa yang lebih fresh. Di dalam Steven Jam mayoritas diperkuat oleh addtional player, dia tetap menggandeng Teguh (Tege Dreads), rekan lamanya di Steven & Coconut Treez yang berperan sebagai lead gitar di band Steven Jam.

“Steven Jam ini enerjinya beda lagi alias positive energy, comfortnya beda, polanya gue. Musti gue gawangin lagi dan gue butuh ekstra enerji untuk recording, promo dan lain-lain. Gue nemuin maenan yang musti gue kulik lagi dalam artian pembelajaran lagi dan meningkatkan point individu. Gue harus ngalamin explorasi yang lebih ganas lagi dan itu adalah multi orgasme” ungkap tepenk mengenai proyek Steven Jam ini.

Dalam waktu dekat ini rencananya Steven Jam akan mengumumkan peluncuran album kedua. Album yang ia garap dengan penuh perjuangan. Pada saat proses rekaman album terbarunya itu, alih-alih harddisk miliknya hilang, yang berisi total lebih kurang 40 lagu yang sudah di guide hingga musik-musik yang sudah siap bungkus atau tinggal naik ke proses mastering.

Tentunya lewat proses yang begitu penuh perjuangan, kawanan Steven Jam cukup ingin merasakan hembusan enerji dari album baru ini. Karena hal tersebut, Tepenk berharap kepada pihak-pihak tertentu untuk membatasi maraknya aksi pembajakan lagu. Walaupun menurutnya, ada sisi positifnya juga sebagai media promosi hingga ke pasar terendah.

Tapi tetap hal ini harus ada batasnya, lebih arif rasanya jika tetap mensupport karya musisi lokal dengan membeli cd aslinya, tidak yang kreasi bajakan. Yoo Man!!


Posted By : Rosi As