Selasa, 05 April 2016

Sejarah Hard Rock

Sejarah Hard Rock

 Dari LZ sampai SP, Termasuk Queen

Tak dapat disangkal lagi hard rock telah menjadi sebuah bagian teramat penting dari mengarusnya aliran musik mainstream. Keberadaannya sudah lebih dari empat dekade dan sama sekali tak menampakkan akan kehilangan gregetnya. Keperkasaan era hard rock tak bisa didekati oleh hebatnya masa jazz/blues Chicago atau big band sebelumnya. Berangkat dari pemikiran itu sudah saatnya kita tengok sebentar aliran yang membawa kita kepada Led Zeppelin, Kiss, Black Sabbath, Nirvana dan band-band hebat lainnya yang jumlahnya tak terhitung.

Sesudah hingar bingar musik psikedelik pada akhir 60-an, ada ledakan hebat dari sub aliran rock. Awal 70-an itu muncul kelahiran glam(mor) rock, progressive rock, fusion, southern boogie, mellow country rock dan tentu saja heavy metal. Para kritikus mengatakan heavy metal sebagai musik pandir. Toh, justru dialah yang paling terbukti sebagai jenis atau gaya musik rock yang paling abadi.

Akar musik rock 70-an sebetulnya terletak pada grup trio yahud akhir 60-an semacam the Cream, Jimi Hendrix Experience dan Blue Cheer. Pengambilan kata ‘heavy metal’ untuk nama aliran musik ini kemungkinan besar datang dari sebuah frasa dalam lagu hit dari Steppenwolf tahun 67, ‘Heavy Metal Thunder” pada bulan September.

Begitu tahun 70 berjalan, seabreg-abreg band hebat lahir. Kita tahu ada Led Zeppelin, Deep Purple, Black Sabbath, Uriah Heep, Humble Pie, Bad Company, Aerosmith, Mountain, Grand Funk Railroad, Blue Oyster Cult, Judas Priest dan Scorpions. Semuanya mengambil aliran musik heavy metal yang mengasyikkan. Ciri khas yang menyolok ialah vokal tinggi melengking, petikan gitar dan bass yang lari dalam skala pentatonic yang sama tapi di dalam oktaf yang berbeda.

Pertengahan 70-an memunculkan variasi hard rock yang lebih kaya. Veteran the Who tidak tinggal diam. Mereka melahirkan pula musik hard rock yang lebih maju. Sementara Kiss dan Alice Cooper memperkenalkan tradisi make-up pada heavy metal. Heart memelopori metal cewek. Nama-nama baru tampil ke depan: Motorhead, AC/DC, Van Halen.

Tapi dekade ini juga menandai lahirnya gaya rock lain yang dalam berbagai hal justru antitesis pada metal.
Punk rock memang gaya gitarnya seagresif metal. Tapi temponya lebih cepat. Ada banyak perbedaan pada kepekaan tampang dan lirik.

Sampai menuju akhir 70-an punk dan metal jadi saingan satu sama lain. Terus begitu sampai sekarang. Lihat di tangga lagu-lagu, “keturunan” punk terwakili oleh Blink 82, Green Day dan Offspring. Sedangkan kaum metalnya adalah Korn, Limp Bizkit dan Slipknot.
Tapi siapa saja yang paling menonjol untuk tahun 1970 kita mesti lihat saja satu per satu.
Black Sabbath – 1970

Musik heavy metal disuka dan dicerca. Itu jelas. Untuk menelusurinya cukup hanya dengan menyebut nama Black Sabbath. Adalah Toni Iommi, gitaris, yang pertama kali selalu men-set gitarnya pada kunci E flat, D dan bahkan C tajam. Yang artinya kelebihan tinggi nadanya setengah lebih tajam. Sehingga akan menciptakan bunyi suara yang suram kehitaman berlumpur, yang menjadi aura Black Sabbath, yang kemudian mendorong, mentenagai aliran musik grunge dan rap metal pada era 90-an.

Tenaga pendorong di belakang petikan gitar Toni bukanlah sebuah pencarian permintaan akan suatu irama tertentu tapi lebih karena adanya musibah yang menimpa Toni. Pada umur 18, ujung telunjuk dan jari tengah Toni terpotong karena kecelakaan di pabrik tempatnya bekerja di Birmingham. Akibatnya Toni harus memakai tudung jari plastik untuk menutupnya dan lebih banyak menggunakan kelingking untuk menekan senar gitar. Karena daya tekan jari kelingking lebih lemah dibandingkan jari lain, Toni menggunakan senar yang lebih ringan tekanannya dan mengurangi ketegangan senarnya. Hingga karenanya Toni meskipun cedera tetap unggul dalam urusan memetik gitar. Dan unik. Contohnya bisa kita dengar pada album Paranoid.

Di situ kita dapatkan suara tinggi Ozzy Osbourne, yang punya kelebihan lain yaitu dia yang pertama menulis lirik dengan tema satanic, alias yang berhubungan dengan setan. Ini tentu saja mengundang protes kaum beragama yang kuatir anak-anak mereka akan tergoda karenanya.

Di lain pihak tema begini dapat diterima pula sebagai semacam aksesoris dari era rock ‘n roll seperti yang terjadi pada awal 70-an. Menurut mereka ‘aksesoris’ itu hanya sebuah bentuk kejijikan akan tema utopia kaum hippies pada akhir 60-an. Black Sabbath menolak kalau disebut band setan. Mereka hanya merasa berbeda dengan wacana awal 70-an yang ramai dengan gerakan flower power yang menganggap betapa indahnya dunia ini.

Semua unsur pendekatan Black Sabbath atas heavy metal sudah tercakup dalam debut album mereka pada 1970. Tapi segalanya makin memfokus pada album kedua yang beredar tahun 70 itu juga. Album Paranoid itu hanya diproses dalam beberapa hari saja. Tadinya mau dijuduli “War Pigs” sesuai dengan lagu pertama. Tapi karena lagu Paranoid berhasil masuk jajaran top-5, nama album diganti segera.
Menurut Toni album itu berhasil baik karena mereka sudah menguasai benar semua materi di dalamnya. Mereka latihan tujuh kali 45 menit setiap hari di sebuah klub tua berdebu di Negara Swiss di depan penonton bervariasi mulai dari 3 orang sampai 24 orang. Berlatih seperti itu selama enam minggu sangat mengetatkan dan mengeratkan kebersamaan di antara mereka.

LED ZEPPELIN – 1971

Led Zeppelin memainkan peran yang amat penting dan besar dalam mengantarkan kita menggilai hard rock sampai dengan akhir 70-an. Dua buah album pertama mereka melakukan perjalanan panjang untuk membangun musik rock yang nge-blues yang mereka kuasai betul. Album ketiga muncul mengejutkan terutama karena ada warna akustik – sebuah gerakan atau pola yang rada-rada riskan karena sebenarnya pasar agak enggan menerimanya meskipun ternyata terterimakan. Tapi ini justru memposisikan LZ pada kedudukan cukup sulit ketika mereka mau masuk untuk pembuatan album ke-4.

Masalahnya, untuk kembali secara eksklusif ke era album pertama dan kedua dengan heavy blues rock mungkin akan merupakan suatu langkah mundur. Suatu pengakuan kekalahan. Namun untuk meneruskan album ke-4 dengan pola akustik, ini sama dengan menghadapi risiko bencana dalam segi komersial.

Solusi mereka ialah mengombinasikan kedua pendekatan itu ke dalam bentuk yang terbukti sebagai suatu jenis cangkokan baru. Banyak yang menganggap album IV Led Zeppelin sebagai usaha terbaik mereka sejauh ini. Status legendarisnya diperkuat oleh kenyataan bahwa album itu tak diberi nama yang semestinya. Pada cover hanya terlihat empat simbol misterius yang diambil dari kesenangan anggotanya masing-masing terhadap mitologi dan hal-hal gaib. Katanya, itu merupakan harapan Led Zeppelin supaya musiknya itu dinilai dalam segi baik-buruknya saja.

Album IV ini dibuka oleh lagu ‘Black Dog’, lagu yang gatal, gelisah, penuh nafsu yang lalu meluncur dengan mulus ke pukulan palu godam ‘Rock and Roll’. Ditambah dengan ‘When the Leeve Breaks’ ketiga lagu itu sudah seperti menyimpulkan semua imitasi bunyi-bunyian dalam musik rock. Termasuk pukulan padat John Bonham pada lagu ‘Leeve’.

Yang agak berbeda ‘mood’nya hanyalah pada lagu ketiga ‘Battle of Evermore’, sebuah lagu sedih penuh keprihatinan yang ditandai dengan dominasi petikan mandolin. Liriknya berangkat dari novel JRR Tolkien. Berisi cerita-cerita rakyat Inggris, termasuk cerita tentang peri, istana tua, jago sihir. Ini penjabaran obsesi Robert Plant. Pola serupa ini sebetulnya sudah dimulai sejak zaman Donovan pada medio 60-an.
Semua bentuk ketegangan yang berbeda ini, ya berbeda dengan sifat heavy metal, ya berbeda dengan sifat lagu rakyat, ya berbeda dengan sifat liriknya yang aneh, muncul bersama-sama di dalam epik paling terkenal album ini: “Stairway to Heaven.”

“Lagu itu memberi kami kemuliaan musikal yang kami upayakan selama ini,” ujar Jimmy Page. “Semua elemen tersatukan di dalam sebuah cara yang seolah-olah seperti ingin menggusur poin-poin penting musikal band kami. Saya memadukan gitar akustik dan elektrik. Saya kawinkan bersama-sama. Yang saya inginkan, ada sesuatu yang menonjolkan pukulan drum di tengah lagu dan lalu dari sana kami bangun irama cresendo (cepat).”
Lagu itu mencerminkan ambisi murni Jimmy Page. ‘Stairway’ adalah lagu yang paling banyak diminta diputar di dalam sejarah radio komersial. Seperti juga adanya hal misterius di dalam lirik lagu Robert Plant, lagu dan album Stairway telah langsung mendaki menunju puncak legenda musik rock yang berkabut.

Queen - 1975

A Night at the Opera
Rata-rata para pelaku grup metal awal 70-an tidak merasa cocok dengan busana lintas kelamin. Atau yang memperlihatkan kerancuan seksual cowok dan cewek. Itulah sebabnya kenapa glam dan metal adalah dua dunia yang terpisah sampai kemudian datang yang namanya Queen.

Merekalah grup pertama yang berhasil mengombinasikan dua genre tersebut. Dan ucapan terimakasih patut diberikan kepada gaya gitar hard rock agresif dari pentolan Queen, Brian May. Gitaris brilyan istimewa ini memakai gitar dengan bodi solid buatan rumah. Di studio, Brian bersama produser Roy Thomas Baker mengembangkan teknik untuk men-dubbing ulang alur-alur petikan gitar dan vokal berkali-kali demi menciptakan citra orkestrasi yang rumit. Bunyi gitar Brian yang unik terbukti ibarat pedang pas bagi penyanyi Freddie Mercury yang dikenal bagus aksi panggungnya dan juga bersuara istimewa. Kombinasi dua orang ini – ditambah ritem yang padu dari John Deacon dan Roger Taylor – membuat rock fans begitu mencermati tiga buah album pertama the Queen.

Tapi album keempat mereka, A Night at the Opera menempatkan Queen pada liga tersendiri. Gaya Freddie yang cenderung vulgar ke arah banci, bergerak liar dalam ‘Seaside Rendezvous’ dan ‘Lazing on Sunday Afternoon’ Sedangkan petikan gitar orkestrasi Brian May mencapai ketinggian monumentalnya dalam ‘The Prophet’s Song’ dan ‘God Save the Queen’.

Nah, titik fokus utama album ini adalah lagu yang durasinya lima menit lima puluh tiga detik, yakni ‘Bohemian Rhapsody’ – sebuah opus, karangan, yang riang gembira sekaligus membangkitkan rasa hormat. Seni drama dari sebuah opera besar terlihat pas dengan gemuruh riuhnya hard rock yang sedang digemari pada pertengahan 70-an. Freddie begitu menonjol, terutama kecenderungannya pada melodrama dalam setiap gaya panggungnya. Lagipula lagu “Bohemian Rhapsody” ini adalah sepenuhnya komposisi Freddie. Dia berperan penuh dalam memproyeksikan semua bagian lagu itu ke dalam pita rekaman.

“Biasanya di datang ke studio lengkap dengan berlembar-lembar kertas catatan yang penuh coretan note balok menurut caranya sendiri,” kenang Brian May. “Catatan itu bukan notasi musik biasa yang konvensional, tapi ada juga gambar-gambar balok bertuliskan A, B, atau C mirip bus-bus yang berseliweran di jalan. Dan hebatnya dia sudah menyelesaikannya ketika tiba di studio.

Kami memainkan alur/track cadangan yang menyisakan tempat untuk bagian vokal kapela. Dan Freddie akan menggumam….bum..bum..bum..bum…begitu. Semua komposisi adalah milik Freddie. Kami hanya membantunya membawa semua coretan itu menjadi bernyawa dan hidup.”

Beberapa tahun setelah A Night at the Opera ini, sayangnya Queen kehilangan greget musik metalnya setelah Freddie kena musibah Aids dan mati. Ironisnya David Bowie dan Ian Hunter (Mott the Hoople) akhirnya tidak keterusan sifat gay-nya padahal keduanya termasuk pelopor glam-rock. Tapi toh Queen sudah mencetak prestasi sebagai band yang paling dicintai di seluruh era rock ini. Dengan memadukan glam dan metal, Queen telah menata sebuah panggung atau arena bagi meletusnya band-band hebat tahun 80-an. Makanya pas sekali kalau Bohemian Rhapsody sudah disegarkan dan dihidupkan kembali lewat film 80-an: Wayne’s World.

KISS – 1976

Destroyer
Selalu ada sesuatu yang melekat yang sifatnya menyindir tentang heavy metal ini. Gaya yang berlebihan, yang berfantasi akan hal-hal penuh kemuliaan. Tapi untuk menjabarkan dan merealisasikan potensinya memang perlu empat orang pria asal New York City. Pada masa awal pembentukan, Kiss pernah mencoba bergenit-genit dengan citra hermafrodit alias banci. Tapi lalu mereka membayangkan hal-hal lain. Alih-alih menggunakan make-up untuk bertampang seperti wanita, mereka malah memanfaatkan make-up itu untuk mentransformasikan diri mereka menjadi tokoh-tokoh pahlawan komik.

Transformasi ini berdampak kuat pada generasi anak-anak penggemarnya – terutama laki-laki – yang mulai masuk masa puber pada medio 70-an. Generasi sebelumnya memang pernah meniru atau mengkartunkan Beatles berdasarkan sosok sebenarnya Beatles. Tapi generasi Kiss merupakan satu-satunya dan yang pertama yang menganggap pahlawan musik rock itu sebagai pahlawan kartun hidup.

Kualitas musik tiga album awal the Kiss dianggap tertinggal di belakang pengaruh fenomena budaya anak-anak muda. Sukses pertama baru tercapai oleh album ke-4, album konser langsung Alive! yang menangkap sebuah kebuasan yang dulu tak ada dalam tiga album pertama. Jadi pilar utama menjadi begitu kokoh ketika Kiss masuk studio lagi untuk rekaman berikutnya.

“Kami tahu bila kami tak memainkan kartu kami dengan benar, kami dalam bahaya karena cuma akan menjadi model iseng saja,” kata Gene Simmons, basis. Maka Kiss menerima bantuan dari produser Bob Ezrin, yang sudah sukses dengan tokoh ber-make-up juga, Alice Cooper. Bob membantu Kiss meramu adonan berbekal keahlian sebelumnya. Hasilnya adalah album hebat terbaik Kiss sepanjang waktu: Destroyer. Hanya satu yang tidak diduga oleh anggota Kiss, si Bob ini di studio dikenal sebagai ‘si tepat waktu.’

“Bob tak ragu untuk mengambil stik drum dan memukulkannya ke kotak sigaret hanya untuk memastikan kami tidak terlambat,” kata Paul Stanley. “Dia tak ubahnya bagai mandor di kapal budak yang harus yakin bahwa tiap orang mengayuh dayung bersamaan dengan irama yang sama.”

Sayangnya gitaris Ace Frehley lebih tertarik pada pesta-pesta dibandingkan dengan beradaptasi pada tempo yang dikembangkan oleh Bob. Sehingga Bob lebih suka memilih seorang gitaris studio untuk mengganti peran Ace pada beberapa lagu dalam “Detroyer.” Tapi mungkin kontribusi terbesar Bob terhadap album itu ialah bahwa ia menulis ulang kembali 7 lagu Kiss bersama-sama. Termasuk lagu klasik Kiss ‘Detroit Rock City’,‘Do You Love Me’ dan ‘Shout It Out Loud’. Bob juga ikut mengerjakan lagunya Peter Criss yang paling sukses, ‘Beth’.

Menurut Gene Simmons, Peter menyenandungkan dulu melodi yang ia buat dengan judul ‘Beck’ itu. Lalu yang berdua lagi ikut urun rembug. Ujar Gene, Peter mengganti judul lagu jadi Beth supaya orang tidak berpikir Peter jatuh cinta pada Jeff Beck.

Sex Pistols – 1977

Never Mind the Bollocks - Here’s The Sex Pistols
Menjelang akhir 70-an punk rock di Amerika lebih dilihat sebagai ancaman bagi keberadaan musik rock yang jelek, membosankan. Namun di Inggris, punk rock dianggap sebagai suatu ancaman yang amat nyata terhadap institusi kerajaan yang dianggap sakral bagi masyarakat Inggris.

The Sex Pistols mempersonifikasikan dirinya sebagai ancaman itu. Mereka menghina monarki/kerajaan, mereka mengatakan yang jorok-jorok di TV. Tak heran kalau banyak pertunjukan mereka di berbagai kota di Inggris dibatalkan. Awal 77, hubungan sesama pemain di dalam band tidak harmonis, penuh pertentangan. The Pistols telah memecat pemain bas asli, Glen Matlock dan mengambil Sid Vicious. Si Vicious ini tidak bisa main bas dengan baik. Dia malah dengan cepat mahir mengembangkan keterlibatannya dengan masalah obat bius yang serius, yang membawanya ke kematian dua tahun kemudian.

Di tengah semua keruwetan itu, Sex Pistols bagaimanapun juga memutuskan mengasah diri untuk menjadi berlian yang bernilai tinggi. Matlock memang telah dipecat karena katanya dia terlalu menyukai the Beatles. Tapi dulu itu Matlock telah membikin 10 dari 11 lagu SP. Pengaruh musik Matlock dicampur dengan warna penuh kecenderungan anarkis dari anggota-anggota lain maupun menciptakan warna baru musik yang mampu mengubah peta musik rock sebelumnya.

Produser Paul Thomas mendapatkan hasil agresif dari drummer Paul Cook dan gitaris Steve Jones. Sid tak main banyak, malah boleh dibilang dia tak bermain sama sekali. Bas dimainkan oleh Jones. Sex Pistols bubar tak lama setelah album Never Mind the Bollock diedarkan. Tapi keberadaan mereka terus memberi pengaruh besar pada musik rock. Lagu-lagu kami masih eksis, ujar Johnny Rotten, penyanyi. “Saya belum mendengar siapa pun mampu mendekatinya


posted by : rosi as

 

Tidak ada komentar: