Sejarah Hard Rock
Dari LZ sampai SP, Termasuk Queen
Tak dapat
disangkal lagi hard rock telah menjadi sebuah bagian teramat penting
dari mengarusnya aliran musik mainstream. Keberadaannya sudah lebih dari
empat dekade dan sama sekali tak menampakkan akan kehilangan gregetnya.
Keperkasaan era hard rock tak bisa didekati oleh hebatnya masa
jazz/blues Chicago atau big band sebelumnya. Berangkat dari pemikiran
itu sudah saatnya kita tengok sebentar aliran yang membawa kita kepada Led Zeppelin, Kiss, Black Sabbath, Nirvana dan band-band hebat lainnya yang jumlahnya tak terhitung.
Sesudah
hingar bingar musik psikedelik pada akhir 60-an, ada ledakan hebat dari
sub aliran rock. Awal 70-an itu muncul kelahiran glam(mor) rock,
progressive rock, fusion, southern boogie, mellow country rock dan tentu
saja heavy metal. Para kritikus mengatakan heavy metal sebagai musik
pandir. Toh, justru dialah yang paling terbukti sebagai jenis atau gaya
musik rock yang paling abadi.
Akar
musik rock 70-an sebetulnya terletak pada grup trio yahud akhir 60-an
semacam the Cream, Jimi Hendrix Experience dan Blue Cheer. Pengambilan
kata ‘heavy metal’ untuk nama aliran musik ini kemungkinan besar datang
dari sebuah frasa dalam lagu hit dari Steppenwolf tahun 67, ‘Heavy Metal
Thunder” pada bulan September.
Begitu
tahun 70 berjalan, seabreg-abreg band hebat lahir. Kita tahu ada Led
Zeppelin, Deep Purple, Black Sabbath, Uriah Heep, Humble Pie, Bad
Company, Aerosmith, Mountain, Grand Funk Railroad, Blue Oyster Cult,
Judas Priest dan Scorpions. Semuanya mengambil aliran musik heavy metal
yang mengasyikkan. Ciri khas yang menyolok ialah vokal tinggi
melengking, petikan gitar dan bass yang lari dalam skala pentatonic yang
sama tapi di dalam oktaf yang berbeda.
Pertengahan
70-an memunculkan variasi hard rock yang lebih kaya. Veteran the Who
tidak tinggal diam. Mereka melahirkan pula musik hard rock yang lebih
maju. Sementara Kiss dan Alice Cooper memperkenalkan tradisi make-up
pada heavy metal. Heart memelopori metal cewek. Nama-nama baru tampil ke
depan: Motorhead, AC/DC, Van Halen.
Tapi dekade ini juga menandai lahirnya gaya rock lain yang dalam berbagai hal justru antitesis pada metal.
Punk rock memang gaya gitarnya seagresif metal. Tapi temponya lebih cepat. Ada banyak perbedaan pada kepekaan tampang dan lirik.
Sampai
menuju akhir 70-an punk dan metal jadi saingan satu sama lain. Terus
begitu sampai sekarang. Lihat di tangga lagu-lagu, “keturunan” punk
terwakili oleh Blink 82, Green Day dan Offspring. Sedangkan kaum
metalnya adalah Korn, Limp Bizkit dan Slipknot.
Tapi siapa saja yang paling menonjol untuk tahun 1970 kita mesti lihat saja satu per satu.
Black Sabbath – 1970
Musik
heavy metal disuka dan dicerca. Itu jelas. Untuk menelusurinya cukup
hanya dengan menyebut nama Black Sabbath. Adalah Toni Iommi, gitaris,
yang pertama kali selalu men-set gitarnya pada kunci E flat, D dan
bahkan C tajam. Yang artinya kelebihan tinggi nadanya setengah lebih
tajam. Sehingga akan menciptakan bunyi suara yang suram kehitaman
berlumpur, yang menjadi aura Black Sabbath, yang kemudian mendorong,
mentenagai aliran musik grunge dan rap metal pada era 90-an.
Tenaga
pendorong di belakang petikan gitar Toni bukanlah sebuah pencarian
permintaan akan suatu irama tertentu tapi lebih karena adanya musibah
yang menimpa Toni. Pada umur 18, ujung telunjuk dan jari tengah Toni
terpotong karena kecelakaan di pabrik tempatnya bekerja di Birmingham.
Akibatnya Toni harus memakai tudung jari plastik untuk menutupnya dan
lebih banyak menggunakan kelingking untuk menekan senar gitar. Karena
daya tekan jari kelingking lebih lemah dibandingkan jari lain, Toni
menggunakan senar yang lebih ringan tekanannya dan mengurangi ketegangan
senarnya. Hingga karenanya Toni meskipun cedera tetap unggul dalam
urusan memetik gitar. Dan unik. Contohnya bisa kita dengar pada album
Paranoid.
Di situ
kita dapatkan suara tinggi Ozzy Osbourne, yang punya kelebihan lain
yaitu dia yang pertama menulis lirik dengan tema satanic, alias yang
berhubungan dengan setan. Ini tentu saja mengundang protes kaum beragama
yang kuatir anak-anak mereka akan tergoda karenanya.
Di lain
pihak tema begini dapat diterima pula sebagai semacam aksesoris dari era
rock ‘n roll seperti yang terjadi pada awal 70-an. Menurut mereka
‘aksesoris’ itu hanya sebuah bentuk kejijikan akan tema utopia kaum
hippies pada akhir 60-an. Black Sabbath menolak kalau disebut band
setan. Mereka hanya merasa berbeda dengan wacana awal 70-an yang ramai
dengan gerakan flower power yang menganggap betapa indahnya dunia ini.
Semua
unsur pendekatan Black Sabbath atas heavy metal sudah tercakup dalam
debut album mereka pada 1970. Tapi segalanya makin memfokus pada album
kedua yang beredar tahun 70 itu juga. Album Paranoid itu hanya diproses
dalam beberapa hari saja. Tadinya mau dijuduli “War Pigs” sesuai dengan
lagu pertama. Tapi karena lagu Paranoid berhasil masuk jajaran top-5,
nama album diganti segera.
Menurut
Toni album itu berhasil baik karena mereka sudah menguasai benar semua
materi di dalamnya. Mereka latihan tujuh kali 45 menit setiap hari di
sebuah klub tua berdebu di Negara Swiss di depan penonton bervariasi
mulai dari 3 orang sampai 24 orang. Berlatih seperti itu selama enam
minggu sangat mengetatkan dan mengeratkan kebersamaan di antara mereka.
LED ZEPPELIN – 1971
Led
Zeppelin memainkan peran yang amat penting dan besar dalam mengantarkan
kita menggilai hard rock sampai dengan akhir 70-an. Dua buah album
pertama mereka melakukan perjalanan panjang untuk membangun musik rock
yang nge-blues yang mereka kuasai betul. Album ketiga muncul mengejutkan
terutama karena ada warna akustik – sebuah gerakan atau pola yang
rada-rada riskan karena sebenarnya pasar agak enggan menerimanya
meskipun ternyata terterimakan. Tapi ini justru memposisikan LZ pada
kedudukan cukup sulit ketika mereka mau masuk untuk pembuatan album
ke-4.
Masalahnya,
untuk kembali secara eksklusif ke era album pertama dan kedua dengan
heavy blues rock mungkin akan merupakan suatu langkah mundur. Suatu
pengakuan kekalahan. Namun untuk meneruskan album ke-4 dengan pola
akustik, ini sama dengan menghadapi risiko bencana dalam segi komersial.
Solusi
mereka ialah mengombinasikan kedua pendekatan itu ke dalam bentuk yang
terbukti sebagai suatu jenis cangkokan baru. Banyak yang menganggap
album IV Led Zeppelin sebagai usaha terbaik mereka sejauh ini. Status
legendarisnya diperkuat oleh kenyataan bahwa album itu tak diberi nama
yang semestinya. Pada cover hanya terlihat empat simbol misterius yang
diambil dari kesenangan anggotanya masing-masing terhadap mitologi dan
hal-hal gaib. Katanya, itu merupakan harapan Led Zeppelin supaya
musiknya itu dinilai dalam segi baik-buruknya saja.
Album IV
ini dibuka oleh lagu ‘Black Dog’, lagu yang gatal, gelisah, penuh nafsu
yang lalu meluncur dengan mulus ke pukulan palu godam ‘Rock and Roll’.
Ditambah dengan ‘When the Leeve Breaks’ ketiga lagu itu sudah seperti
menyimpulkan semua imitasi bunyi-bunyian dalam musik rock. Termasuk
pukulan padat John Bonham pada lagu ‘Leeve’.
Yang agak
berbeda ‘mood’nya hanyalah pada lagu ketiga ‘Battle of Evermore’,
sebuah lagu sedih penuh keprihatinan yang ditandai dengan dominasi
petikan mandolin. Liriknya berangkat dari novel JRR Tolkien. Berisi
cerita-cerita rakyat Inggris, termasuk cerita tentang peri, istana tua,
jago sihir. Ini penjabaran obsesi Robert Plant. Pola serupa ini
sebetulnya sudah dimulai sejak zaman Donovan pada medio 60-an.
Semua
bentuk ketegangan yang berbeda ini, ya berbeda dengan sifat heavy metal,
ya berbeda dengan sifat lagu rakyat, ya berbeda dengan sifat liriknya
yang aneh, muncul bersama-sama di dalam epik paling terkenal album ini:
“Stairway to Heaven.”
“Lagu itu
memberi kami kemuliaan musikal yang kami upayakan selama ini,” ujar
Jimmy Page. “Semua elemen tersatukan di dalam sebuah cara yang
seolah-olah seperti ingin menggusur poin-poin penting musikal band kami.
Saya memadukan gitar akustik dan elektrik. Saya kawinkan bersama-sama.
Yang saya inginkan, ada sesuatu yang menonjolkan pukulan drum di tengah
lagu dan lalu dari sana kami bangun irama cresendo (cepat).”
Lagu itu
mencerminkan ambisi murni Jimmy Page. ‘Stairway’ adalah lagu yang paling
banyak diminta diputar di dalam sejarah radio komersial. Seperti juga
adanya hal misterius di dalam lirik lagu Robert Plant, lagu dan album
Stairway telah langsung mendaki menunju puncak legenda musik rock yang
berkabut.
Queen - 1975
A Night at the Opera
Rata-rata
para pelaku grup metal awal 70-an tidak merasa cocok dengan busana
lintas kelamin. Atau yang memperlihatkan kerancuan seksual cowok dan
cewek. Itulah sebabnya kenapa glam dan metal adalah dua dunia yang
terpisah sampai kemudian datang yang namanya Queen.
Merekalah
grup pertama yang berhasil mengombinasikan dua genre tersebut. Dan
ucapan terimakasih patut diberikan kepada gaya gitar hard rock agresif
dari pentolan Queen, Brian May. Gitaris brilyan istimewa ini memakai
gitar dengan bodi solid buatan rumah. Di studio, Brian bersama produser
Roy Thomas Baker mengembangkan teknik untuk men-dubbing ulang alur-alur
petikan gitar dan vokal berkali-kali demi menciptakan citra orkestrasi
yang rumit. Bunyi gitar Brian yang unik terbukti ibarat pedang pas bagi
penyanyi Freddie Mercury yang dikenal bagus aksi panggungnya dan juga
bersuara istimewa. Kombinasi dua orang ini – ditambah ritem yang padu
dari John Deacon dan Roger Taylor – membuat rock fans begitu mencermati
tiga buah album pertama the Queen.
Tapi
album keempat mereka, A Night at the Opera menempatkan Queen pada liga
tersendiri. Gaya Freddie yang cenderung vulgar ke arah banci, bergerak
liar dalam ‘Seaside Rendezvous’ dan ‘Lazing on Sunday Afternoon’
Sedangkan petikan gitar orkestrasi Brian May mencapai ketinggian
monumentalnya dalam ‘The Prophet’s Song’ dan ‘God Save the Queen’.
Nah,
titik fokus utama album ini adalah lagu yang durasinya lima menit lima
puluh tiga detik, yakni ‘Bohemian Rhapsody’ – sebuah opus, karangan,
yang riang gembira sekaligus membangkitkan rasa hormat. Seni drama dari
sebuah opera besar terlihat pas dengan gemuruh riuhnya hard rock yang
sedang digemari pada pertengahan 70-an. Freddie begitu menonjol,
terutama kecenderungannya pada melodrama dalam setiap gaya panggungnya.
Lagipula lagu “Bohemian Rhapsody” ini adalah sepenuhnya komposisi
Freddie. Dia berperan penuh dalam memproyeksikan semua bagian lagu itu
ke dalam pita rekaman.
“Biasanya
di datang ke studio lengkap dengan berlembar-lembar kertas catatan yang
penuh coretan note balok menurut caranya sendiri,” kenang Brian May.
“Catatan itu bukan notasi musik biasa yang konvensional, tapi ada juga
gambar-gambar balok bertuliskan A, B, atau C mirip bus-bus yang
berseliweran di jalan. Dan hebatnya dia sudah menyelesaikannya ketika
tiba di studio.
Kami
memainkan alur/track cadangan yang menyisakan tempat untuk bagian vokal
kapela. Dan Freddie akan menggumam….bum..bum..bum..bum…begitu. Semua
komposisi adalah milik Freddie. Kami hanya membantunya membawa semua
coretan itu menjadi bernyawa dan hidup.”
Beberapa
tahun setelah A Night at the Opera ini, sayangnya Queen kehilangan
greget musik metalnya setelah Freddie kena musibah Aids dan mati.
Ironisnya David Bowie dan Ian Hunter (Mott the Hoople) akhirnya tidak
keterusan sifat gay-nya padahal keduanya termasuk pelopor glam-rock.
Tapi toh Queen sudah mencetak prestasi sebagai band yang paling dicintai
di seluruh era rock ini. Dengan memadukan glam dan metal, Queen telah
menata sebuah panggung atau arena bagi meletusnya band-band hebat tahun
80-an. Makanya pas sekali kalau Bohemian Rhapsody sudah disegarkan dan
dihidupkan kembali lewat film 80-an: Wayne’s World.
KISS – 1976
Destroyer
Selalu
ada sesuatu yang melekat yang sifatnya menyindir tentang heavy metal
ini. Gaya yang berlebihan, yang berfantasi akan hal-hal penuh kemuliaan.
Tapi untuk menjabarkan dan merealisasikan potensinya memang perlu empat
orang pria asal New York City. Pada masa awal pembentukan, Kiss pernah
mencoba bergenit-genit dengan citra hermafrodit alias banci. Tapi lalu
mereka membayangkan hal-hal lain. Alih-alih menggunakan make-up untuk
bertampang seperti wanita, mereka malah memanfaatkan make-up itu untuk
mentransformasikan diri mereka menjadi tokoh-tokoh pahlawan komik.
Transformasi
ini berdampak kuat pada generasi anak-anak penggemarnya – terutama
laki-laki – yang mulai masuk masa puber pada medio 70-an. Generasi
sebelumnya memang pernah meniru atau mengkartunkan Beatles berdasarkan
sosok sebenarnya Beatles. Tapi generasi Kiss merupakan satu-satunya dan
yang pertama yang menganggap pahlawan musik rock itu sebagai pahlawan
kartun hidup.
Kualitas
musik tiga album awal the Kiss dianggap tertinggal di belakang pengaruh
fenomena budaya anak-anak muda. Sukses pertama baru tercapai oleh album
ke-4, album konser langsung Alive! yang menangkap sebuah kebuasan yang
dulu tak ada dalam tiga album pertama. Jadi pilar utama menjadi begitu
kokoh ketika Kiss masuk studio lagi untuk rekaman berikutnya.
“Kami
tahu bila kami tak memainkan kartu kami dengan benar, kami dalam bahaya
karena cuma akan menjadi model iseng saja,” kata Gene Simmons, basis.
Maka Kiss menerima bantuan dari produser Bob Ezrin, yang sudah sukses
dengan tokoh ber-make-up juga, Alice Cooper. Bob membantu Kiss meramu
adonan berbekal keahlian sebelumnya. Hasilnya adalah album hebat terbaik
Kiss sepanjang waktu: Destroyer. Hanya satu yang tidak diduga oleh
anggota Kiss, si Bob ini di studio dikenal sebagai ‘si tepat waktu.’
“Bob tak
ragu untuk mengambil stik drum dan memukulkannya ke kotak sigaret hanya
untuk memastikan kami tidak terlambat,” kata Paul Stanley. “Dia tak
ubahnya bagai mandor di kapal budak yang harus yakin bahwa tiap orang
mengayuh dayung bersamaan dengan irama yang sama.”
Sayangnya
gitaris Ace Frehley lebih tertarik pada pesta-pesta dibandingkan dengan
beradaptasi pada tempo yang dikembangkan oleh Bob. Sehingga Bob lebih
suka memilih seorang gitaris studio untuk mengganti peran Ace pada
beberapa lagu dalam “Detroyer.” Tapi mungkin kontribusi terbesar Bob
terhadap album itu ialah bahwa ia menulis ulang kembali 7 lagu Kiss
bersama-sama. Termasuk lagu klasik Kiss ‘Detroit Rock City’,‘Do You Love
Me’ dan ‘Shout It Out Loud’. Bob juga ikut mengerjakan lagunya Peter
Criss yang paling sukses, ‘Beth’.
Menurut
Gene Simmons, Peter menyenandungkan dulu melodi yang ia buat dengan
judul ‘Beck’ itu. Lalu yang berdua lagi ikut urun rembug. Ujar Gene,
Peter mengganti judul lagu jadi Beth supaya orang tidak berpikir Peter
jatuh cinta pada Jeff Beck.
Sex Pistols – 1977
Never Mind the Bollocks - Here’s The Sex Pistols
Menjelang
akhir 70-an punk rock di Amerika lebih dilihat sebagai ancaman bagi
keberadaan musik rock yang jelek, membosankan. Namun di Inggris, punk
rock dianggap sebagai suatu ancaman yang amat nyata terhadap institusi
kerajaan yang dianggap sakral bagi masyarakat Inggris.
The Sex
Pistols mempersonifikasikan dirinya sebagai ancaman itu. Mereka menghina
monarki/kerajaan, mereka mengatakan yang jorok-jorok di TV. Tak heran
kalau banyak pertunjukan mereka di berbagai kota di Inggris dibatalkan.
Awal 77, hubungan sesama pemain di dalam band tidak harmonis, penuh
pertentangan. The Pistols telah memecat pemain bas asli, Glen Matlock
dan mengambil Sid Vicious. Si Vicious ini tidak bisa main bas dengan
baik. Dia malah dengan cepat mahir mengembangkan keterlibatannya dengan
masalah obat bius yang serius, yang membawanya ke kematian dua tahun
kemudian.
Di tengah
semua keruwetan itu, Sex Pistols bagaimanapun juga memutuskan mengasah
diri untuk menjadi berlian yang bernilai tinggi. Matlock memang telah
dipecat karena katanya dia terlalu menyukai the Beatles. Tapi dulu itu
Matlock telah membikin 10 dari 11 lagu SP. Pengaruh musik Matlock
dicampur dengan warna penuh kecenderungan anarkis dari anggota-anggota
lain maupun menciptakan warna baru musik yang mampu mengubah peta musik
rock sebelumnya.
posted by : rosi as
Tidak ada komentar:
Posting Komentar